Setelah Dua Tahun
Benjolan di punggung kiri menjadi
alasan baginya menangis sekeras-kerasanya setiap kali diurut. Benjolan itu
mucul setelah terjatuh ke lantai di rumah neneknya. Pengakuan emaknya, tidak
ada yang melihatnya terjatuh di hari Jumat waktu itu. Ia baru mengetahui
setelah Icca, omnya menggantikan bajunya usai mandi. Segera disampaikan ke
emaknya dan, petualangan proses pengobatan dimulai.
Pertama, di suatu malam setelah tiga
hari munculnya benjolan dilakukan pemeriksaan di klinik tempat biasa berobat.
Oleh dokter di klinik menyarankan segera dilakukan foto scan (radiologi) di
rumah sakit. Namun, di rumah sakit tidak dilakukan apa yang disarankan oleh
dokter dari klinik tersebut dan hanya diberi obat peredam nyeri. Emaknya tentu
saja tidak puas dan esoknya meminta dibawa ke rumah sakit di Makassar.
Seharian di Makassar dengan segala
pernik berhubungan dengan petugas di rumah sakit. Saya merasakan ada kemajuan
terkait teknis dan proses pelayanan. Durasinya yang lama karena memang antrean
lumayan banyak. Proses memangkas waktu itu yang tidak bisa dilakukan. Hasil
radiologi menunjukkan kalau benjolan yang terjadi bukan karena adanya tulang
yang patah atau bergeser. Dokter meminta agar melakukan pemeriksaan ulang pekan
depan.
Mengulang perjalanan ke Makassar sudah
terlalu klise. Hal-hal serupa akan selalu dijalani kembali. Macet dan polusi.
Solusi datang dari beberapa orang agar dilakukan saja pengobatan tradisonal
atau menggunakan pengobatan herbal. Satu di antaranya menyarankan membeli obat
minyak Kutus yang sedang marak peggunaannya. Usulan yang lain supaya dibawa ke
orang yang pandai mengempiskan benjolan. Sebelumnya, saya sudah membawa Syla ke
dukun paling andal mengenai patah tulang.
Di sisa sore pada Sabtu 14 Juli,
pilihannya membawa Syila ke orang yang dikenal pandai menyembuhkan. Proses urut
dilakukan empat kali dan, empat kali pula Syla menangis sekencang-kencangnya.
Hasilnya, benjolan itu perlahan kempis seiring waktu.
_
Syla melewati hari-hari menuju usianya
yang dua tahun dengan banyak sakit. Mungkin normal saja sebagaimana yang
dialami anak seusianya. Sejak bayi ia tidak
pernah menyusu dan langsung diberi susu formula. Berbeda dengan kakaknya yang
mengonsumsi ASI selama dua tahun.
Cara berkomunikasi yang ditempuh masih
menunjukkan gestur yang diinginkan. Ia akan mengangguk-ngangguk bila ingin
bermain hape atau ingin menonton video di notebook. Hal ini rutin ia minta
saban hari. Sambutan pertamanya begitu melihat saya pulang menyebut nama bapak
dan ngangguk. Beberapa kebiasaan rutin sudah mulai ia sebut sesuai kemampuannya
melafalkan. Untuk minum ia akan bilang: naung.
Kaka disebut caca – penyebutan pas
cuma bapak, mama, juga nenek.
Hubungan dengan kakaknya berjalan
dinamis. Dalam sekian jam Syila bisa ngambek jika kakaknya mengganggu. Selanjutnya
suasana kembali cair jika sudah dilupakan. Sebaliknya, Si kakak menolak
melibatkan Syla dalam permainan bila itu dianggap mengacaukan. Hal ini berlaku
apa saja yang sedang dilakukan. Baik itu sedang menonton sesuatu di hape atau
di notebook.
Saban pagi, dari Senin hingga Sabtu, dimulai
sejak Dika, Si kakak, mulai sekolah di Taman Kanak, Syila selalu ikut di awal
pagi. Dilakukan bila neneknya tidak sempat menjaganya. Rutinitas ini tentu
mengubah pola tidurnya yang, biasanya dibiarkan bangun sendiri di awal pagi.
Saya tidak tahu persis perbedaan
mencolok dari keduanya. Sudah lupa juga persamaan ketika Dika berusia dua
tahun. Jika ada perbedaan perlakuan, tentu iya. Ulang tahun Dika selalu
dirayakan, paling tidak kue tar selalu ada. Saya pikir ini bukan perbedaan
perlakuan, semuanya berjalan biasa saja. Saya sendiri tidak begitu ngeh melakukan perayaan ulang tahun.
Menunjukkan perhatian tentu ada banyak dan masing-masing orangtua punya caranya
sendiri.
Hari ini, Selasa 6 Agustus 2019, dua
tahun lalu di tanggal dan bulan yang sama Syila lahir. Ia mengulang pola
bagaimana kakaknya keluar dari perut emaknya, melalui operasi sesar. Itu
pertaruhan kedua yang dijalani emakmu melawan sakit. Tentu akan selalu diingat.
Bukan suatu kebetulan belaka jika di hari ini PSM akan melakoni pertaruhan
merebutkan titel juara Piala Indonesia di stadion Andi Mattalatta melawan
Persija setelah sebelumnya ditunda.
_
Catatan terkait
Komentar