Mereka Mendahulukan Kemanusiaan di Atas Ekonomi

Apa jadinya jika sehari saja roda ekonomi berhenti. Pertanyaan yang sungguh pelik yang mengandung beragam jawaban dengan kompleksitasnya masing-masing.

Satu hal yang pasti. Segala pergerakan transaksi akan mandek dan, mungkin saja, menimbulkan kepanikan. Tetapi, kita tidak ingin mengandaikan utopia untuk urusan ini. Dunia saat ini sedang menghadapi musuh bersama. Setiap negara tengah berperang. Negara paling kuat militernya sekalipun dibuat kelabakan. Pasalnya, musuh yang dihadapai tak kasat mata dan bisa menyerang siapa pun.

Saya tidak perlu mengulang lagi kapan wabah virus korona ini mulai menghentikan nyawa manusia. Tegasnya, WHO, organisasi kesehatan dunia telah menetapkan korona sebagai pandemik. Skalanya sudah global dan meruntuhkan tembok pertahanan tiap negara. Namun, bukan berarti tiap negara membangun tembok masing-masing untuk memerangi pandemik ini. Dibutuhkan kerja kolektif antar negara.

“Di tengah bencana, pada diri manusia terdapat lebih banyak sifat yang dapat dikagumi ketimbang dibenci.” Tulis Albert Camus. Walau pernyataan novelis asal Perancis itu masih menyisakan celah untuk diperdebatkan. Hanya saja, tentu naiflah di tengah bencana kita masih berdebat panjang lebar. Dalam jarak itu diperlukan kerja kolektif dan tepat guna sesuai apa yang mampu dikerjakan.

Urusan berdebat dan uji ilmu terapan tentu tak bisa ditepikan, untuk sementara biarlah itu disimpan untuk dibahas lebih detail setelah situasinya normal. Lalu, bagaimana dengan gerak ekonomi. Di Indonesia, kedaruratan soal perlunya negara mengambil sepenuhnya situasi genting bisa dibaca melalui Undang Undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Namun, sekali lagi, membedah regulasi itu sampai pada bentuk penerapannya akan membagi dua kekuatan antara yang setuju dengan menolak. Kedua poros kekuatan memiliki amunisi argumentasi. Jadi, apa langkah tepat guna yang bisa ditempuh. Pertanyaan ini akan terjawab dengan kemauan semua pihak untuk mengambil peran yang bisa dilakukan.

Terbuka dan Melawan

Selalu ada yang dikorbankan. Sebutlah demikian untuk menerangkan situasi pelik yang dihadapi. Menurut saya, tidak perlu menggunakan eufisme untuk mengaburkan apa yang terjadi.

Fungsi bahasa memberikan pemahaman kepada khalayak sesuai takaran makna yang paling bisa dipahami. Covid-19 adalah penyebutan untuk virus korona. Seliweran informasi yang beredar sudah jelas menjelaskan muasal, dampak, dan pelbagai tindakan yang bisa ditempuh untuk memotong peredarannya.

Jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas, hasilnya bisa dilihat pada edisi Senin, 23 Maret 2020. Kekuatan Komunal Melawan Covid-19, begitu judul hasil jajak pendapat itu yang menyebutkan sejumlah pesohor menggalang dana untuk kemudian digunakan penyediaan masker dan hand santizer untuk publik.

Harian Kompas menurunkan hasil jajak pendapat mengenai perlunya kekuatan komunal melawan Covid-19 (Foto. Dok. Pribadi)

Selain penggalangan dana, mereka yang memahami alur kerja algoritma media sosial turut mengawal sebaran informasi yang tidak benar (hoax) ke masyarakat. Di Pemilu 2014 silam, kita mengenal nama Ainun Najib yang memprakarsai laman kawalpemilu.org. Kini menginisiasi akun Twitter: @KawalCOVID19.

Mereka ini terbuka dan berani melawan. Keterbukaan informasi yang valid adalah suar yang dapat menerangi kegelapan dari menumpuknya sampah informasi. Keberanian adalah pandu melawan sebaran hoax.

Perlawanan di Daerah

Di kabupaten tempat tinggal saya, Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan. Sosok dibalik gerakan Pangkep Bergerak Cegah Corona ialah seorang suami tiga anak yang mengelola kafe bernama Logos.

Sejak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengumumkan adanya warga positif Covid-19, ia gesit menggalang sejumlah komunitas yang ada di Pangkep untuk terlibat dalam satu gerakan penggalangan dana yang diperuntukkan untuk menyediakan masker dan hand santizer di ruang publik atau menyalurkan kepada pekerja non formal.

Nama lengkapnya Muhammad RamliSirajuddin. Namun, akrab disapa Ramez. Logos yang terletak di titik nol kota Pangkep itu selalu ramai dan menjadi titik jumpa beragam keperluan telah ia umumkan tutup sementara sebagai dukungan pencegahan penyebaran Covid-19.

Pintu masuk Logos, terpasang tulisan Tutup dan nampak menyediakan air dan handsantizer kepada pejalan yang melintas. (Foto: Dok. Logos)


Mungkin itu bentuk tanggung jawab sosial. Hingga catatan ini dituliskan, dalam rilis di akun Facebook yang dikelolanya menunjukkan pergerakan orang dan sejumlah komunitas di Pangkep guna menyalurkan dana melalui gerakan yang dibangun. Seperti itulah caranya mengelola kebaikan untuk sesama.

Zaman bergerak seiring perilaku manusia, dalam prosesnya manusia memerlukan pranata berupa peta jalan sebagai penuntun. Gerak manusia berkorelasi dengan proses perlunya sarana dan prasarana untuk menunjang aktivitas menjalankan hidup.

Mengingat manusia sebagai mahkluk sosial, maka relasi yang dibangun mengarah pada interaksi untuk berbuat dan berguna bagi sesama. Dalam Islam sendiri berbuat dan berguna itu salah satunya diatur dalam rukun keempat, yakni penyaluran zakat kepada mereka yang berhak menerima.

Pembagian jenis zakat yang mencakup dua jenis, yaitu fitrah dan maal. Yang pertama dilakukan menjelang Idul Fitri dan kedua penyalurannya dinamis. Tentu tidak keliru, saya kira, jika dalam situasi musibah zakat maal ini dilakukan.

Meski gerakan yang diinisasi oleh Ramez ini dalam merespons situasi pandemik Covid-19 tidak mengatasnamakan penyaluran zakat maal, karena dalam Islam juga dikenal bentuk lain sumbangan harta yang disebut sedekah. Tetapi, tulisan ini tidak sedang melakukan telaah kajian itu. Ini lebih merupakan rekaman atas pengorganisasian kebaikan untuk berbagi.

Ramez tentu saja bukan faktor tunggal dalam menebar kebaikan. Ia hanya mengetuk pintu kebaikan pada diri manusia dan mengajak terlibat langsung sebagai bentuk transparansi atas sumbangan yang dikelola agar sampai pada tujuan awal.

Mereka yang kemudian bergabung dalam gerakan dan tergerak bertindak bersama mengambil peran berbuat melawan situasi telah membangunkan sisi terang manusia. Bahwa kita tak pernah kehabisan orang baik.

Lembaga dan komunitas yang bergabung dalam gerakan cegah corona di Pangkep. Rilis ini di update pertanggal 22 Maret 2020 (Foto: Dok. Logos)


Ramez sendiri lebih mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan ekonomi mengelola Logos yang menjadi ruangnya menghidupi kehidupan keluarga dan karyawan yang bekerja di Logos.

Saya yakin, di tempat lain, mental seperti ini juga ada. Keberpihakan pada kemanusiaan. Kita perlu mengapresiasi sejumlah keputusan pelik yang harus dihadapi para pengusaha yang menutup usahanya agar jarak dipastikan tetap terjaga. Ini respons kalau memutus sel hidup Covid-19 dengan tinggal di rumah saja selama 14 hari.
_

Komentar

Kyndaerim mengatakan…
Masya Allah, keren ih Pak Ramez. Sehat selalu ya Pak, sehat bersama rakyat. Aamiin..
Indra Mann mengatakan…
Wahh, ini di pangkep kak? Semoga jga di gowa segera banyak komunitas yang mulai melakukan hal yang sama,...

Postingan Populer