Membaca QR Standar Sebagai Revolusi Pembayaran Digital dari Generasi X ke Milenial

Ilustrasi penggunaan Kode QR (Sumber gambar www.qrcode.com)


Seiring waktu, perubahan tata kehidupan semakin mengikuti perkembangan teknologi. Hal ini sudah menjadi hukum perubahan. Dan, perlahan interaksi manusia setiap generasi juga menyesuaikan dengan pola yang terus dikembangkan para penemu di segala bidang yang membantu menciptakan produk yang memudahkan manusia.

Kita bisa melihat gejala itu dari pelbagai sudut pandang. Salah satunya, yang tak banyak dibicarakan, ialah dari fesyen. Apa korelasinya. Selintas memang tidak ada, tetapi, jika jeli memperhatikan kecenderungan fesyen. Dalam perkembangan maknanya, fesyen dilekatkan pada apa yang melekat di tubuh atau pakaian yang dikenakan.

Coba kita lempar pandangan ke masa lalu dan perhatikan celana yang dikenakan kaum lelaki. Perhatikan bokongnya yang menyembul sebelah atau malah keduanya. Ada apa di sana, tidak pelak lagi, kedua saku celana bagian belakang disesaki sapu tangan di saku kiri dan dompet di saku kanan. Nah, dalam dompet itu sendiri berisi lembaran uang, kartu pengenal, dan lain sebagainya. Dengan isi semacam itu membuat bokong lelaki nampak montok.

Lalu, bagaimana dengan perempuan yang tidak banyak mengenakan celana. Polanya lain lagi, kita bisa melihat pada dompet atau tas kecil yang selalu dibawa bila bepergian. Tentu, isinya ada uang sebagai alat transaksi pembayaran dan pernak-pernik yang dibutuhkan kaum hawa.

Era generasi X menjadi fondasi bagi generasi selanjutnya, yakni generasi Y atau akrab disebut milenial. Membaca fase generasi tentu tak bisa dilepaskan dari peranan generasi sebelumnya. Tangga perubahan mulai dirancang di awal dekade 90-an (Generasi X). Tepatnya mulai dikembangkan Denso Corporation, sebuah perusahaan di Jepang di tahun 1994. Pada mulanya, kode QR diperuntukkan untuk pelacakan kendaraan di perusahaan manufaktur-ritel. Begitulah, seiring perjalanannya, penggunaan kode QR merambah video klip hingga film di industri hiburan. Adalah penyanyi asal Inggris bernama Pet Shop Boys di tahun 2007 yang mengaplikasikan kode QR untuk pendengarnya. Dua tahun berselang, di tahun 2009, San Diego Comic Son menggunakannya juga untuk pemasaran Movie 9.

Penggunan kode QR selanjutnya, sebagaimana diketahui, menjadi perangkat yang memungkinkan pengelola perpustakaan dan lembaga pendidikan mengunakannya sebagai media baru dalam memaksimalkan kinerja pelayanan. Kode QR dipasang di kartu pelajar yang memudahkan absensi dan pihak pengelola mengeceknya melalui konektifikasi di komputer. Malah, restoran siap saji Mc Donald di Jepang turut menerapkannya guna memberi akses ke pelanggan mengenai kandungan nutrisi dan kalori dalam sandwich. Untuk transportasi publik, juga tidak lepas dari penggunaan kode QR untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan penumpang.

Seiring waktu, penggunaan kode QR menjadi tren transaksi di hampir lini kehidupan. Tak terkecuali urusan perbankan. Sejumlah bank sudah menerapkan QR untuk transaksi bagi nasabah kaitannya dengan metode pembayaran. Penerapan tersebut merupakan respons atas perilaku generasi, khususnya milenial yang mulai meninggalkan pemakaian dompet dengan beragam isi di dalamnya. Kini, semuanya berpindah dalam genggaman melalui gawai.

Sebenarnya, seperti apa kelebihan kode QR itu sehingga semakin banyak pengunaannya dalam membantu mobilitas kehidupan. Dan, bagaimana pula tingkat keamanan privasi bagi pengguna. Filianingsih Hendarta, Asisten Gubernur Bank Indonesia dalam pernyataanya sebagaimana dikutip dari detik.com (04/04/2019) mengungkapkan: “"Transaksi non cash itu dengan adanya QR code lebih mudah, saya merasakan lho. Sistem pembayaran ini jamu manis yang mendukung momentum pertumbuhan. Artinya masyarakat akan jadi non tunai akan meningkat,"

Lebih jauh diterangkan kalau kode QR selain memudahkan juga memberikan keamanan bertransaksi. Kode QR ini tengah dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) dalam hal standarisasi yang diberi nama QRIS atau QR standar Indonesia. “Standarisasi itu ditujukan supaya alat pembayaran jenis QR Code bisa memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia.” Ungkap Filianingsih.


 Video tentang QR Standar dari Bank Indonesia (Sumber video dari Chanel YouTube Bank Indonesia)

_

Sebagian generasi X tentu masih melewati perkembangan ini. Jika memakai pendapat Alvin Toffler, penulis dan futurolog asal Amerika yang lahir di dekade 1920-an dan merupakan generasi tradisional, sudah melakukan prediksi revolusi digital, komunikasi, dan singuralitas teknologi. Salah satu bukunya yang terkenal, Kejutan Masa Depan yang terbit di tahun 1970 telah membantu generasi X dan generasi milenial agar tidak mengalami shock terapi terkait perubahan yang tak terhindarkan.

QR Standar sebagai metode baru pembayaran merupakan anak resmi dari perubahan yang terus bergerak. Revolusi sistem pembayaran ini perlu dipandang sebagai inovasi yang bisa diakses secara bersama.  

Baiklah, penggunaan kode QR mau tidak mau akan menjadi tren baru. Masalahnya, apakah lapisan masyarakat Indonesia sudah siap dengan metode ini. Tanpa merujuk pada data, kita masih sering menyaksikan metode pembayaran tunai. Paling modern paling menggunakan kartu kredit.

Dua kali dalam sepekan, saya selalu berbelanja di supermarket untuk membeli popok atau vocer listrik pascabayar. Sesampai di kasir, hal yang paling sering disampaikan ialah: “Apakah kembaliannya mau didonasikan.” Atau: “Apakah Bapak punya uang nominal seribu atau duaribu.” Hal ini sangat kontras dengan kasir di Cina, misalnya. Dalam laporan di Tirto.Id (20/04/2018). Kasir toko di Cina justru menanyakan ke pelanggan: “Apakah Anda memiliki Alipay atau WeChat Pay.” Sejauh ini, Cina memang menjadi negara yang paling sukses menerapkan pembayaran menggunakan QR.

Berdasarkan penjelasan di laman Bank Indonesia sistem pembayaran non tunai meliputi: kartu, cek, bilyet giro, nota debet, dan uang elektronik. Sedangkan pembayaran tunai terbagi ke dalam: gambar uang, data uang, fitur keamanan, uang yang dicabut, uang khusus, mekanisme penukaran. Bank Indonesia berkomitmen kalau perkembangan sistem pembayaran tidak terpisahkan dari inovasi infrastruktur teknologi. Dengan demikian, penerapan QR Standar yang dikeluarkan Bank Indonesia merupakan respons dari kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat.

Mengacu pada bonus demografi pada 2030-2040 di mana usia produktif di Indonesia lebih banyak ketimbang usia senja (tidak produktif), menujukkan indikasi bahwa Indonesia memiliki fondasi kuat mengarungi tantangan zaman. Di rentang waktu itu, generasi di dalamnya mencakup milenial, generasi Z dan Alpha.

Strategi penerapan QR Standar dari Bank Indonesia yang mulai dicanangkan sekarang menjadi fondasi agar generasi selanjutnya tidak gagap mengenai metode pembayaran yang kelak dilakukan dengan menggunakkan kode QR.

Bahwa apa yang dialami di Cina sekarang tentulah tidak diupayakan kemarin sore. Melainkan membutuhkan rencana matang dan strategi membaca situasi zaman. Semua butuh waktu dan proses. Sebab, revolusi memang memerlukan prakondisi supaya bisa terwujud. Bukankah fesyen juga mengalami revolusi dari zaman ke zaman. Nah, begitupula dengan transaksi pembayaran.
_


#TransaksiLancarPakaiQRStandar!

#UsahaLancarPakaiQRStandar!

#QRStandarPembayaranDigitalAlaMillenial

Komentar

Postingan Populer