Belajar Berarti Mengalahkan Semua Musuh


Sumber gambar di sini


Konon, prestasi adalah jalan mengubah hidup. Jalan lapang agar sejajar golongan tertentu dalam hirarki sosial. Jalan pintas memotong siklus hidup yang sulit dibayangkan terhenti walau ada campur tangan negara. Manusia adalah mahkluk otonom yang mengubah takdir hidupnya. Kira-kira begitulah doktrin penyeruh semangat modernisme, David Mc Clelland.

Benarkah sabda itu. Sejauh mana pengaruh prestasi ini mengubah situasi individu dan sengkarut sosial melingkarinya. Mari kita mengujinya dengan meminjam situasi dalam film Super 30, biopic Anand Kumar, pendidik dan ahli matematika kelahiran Patna, Bihar, India.

Di usia muda, di tahun 1996, ia telah memenangkan penghargaan bergengsi di kotanya. Memenangkan debat Ramunajan dan mendapat medali dari menteri pendidikan. Namun, ia heran karena juara di bawahnya justru mendapat jurnal asing. Sebuah kode kalau Anand sesungguhnya membutuhkan ilmu pengetahuan ketimbang benda yang tidak dapat memberikan tambahan pengetahuan. Lantas, dengan prestasi itu, ia tetap dihardik kepala perpustakaan karena kelamaan membaca jurnal asing. Ia dinistakan karena bukan siswa dari sekolah bergengsi.

Ia mendapat petunjuk dari seorang petugas perpustakaan supaya punya garansi mengakses jurnal atau buku yang dibutuhkan di perpustakaan. Jalan itu ditempuh dengan baik dan tulisannya dimuat di jurnal bergengsi, Mathematical Gazzete. Di hadapan kepala perpustakaan, ia mengenalkan dirinya kembali. Lalu, apakah prestasi itu seketika melapangkan karier akademiknya?

Kesempatan belajar di Universitas Cambridge kandas setelah ayahnya (Virendra Saxena) meninggal, terlebih tidak mendapat dukungan biaya dari pihak pemerintah untuk akomodasi ke Inggris. Di hadapan menteri yang dulu membuka diri sewaktu menyerahkan medali di panggung malah berkelit. Anand Kumar belum menyadari kalau pemerintah hanya beretorika. Upaya yang dilakukan ayahnya, seorang pengantar surat, mencoba mengajukan kredit biaya pendidikan di bank jelas tidak menerima hasil. Selesai. Anand Kumar gagal ke Camridge dan tetap di Patna membantu ibunya berjualan makanan ringan.

Politik Biopik

Sinema India getol menawarkan film yang mengangkat kiprah seorang berdasarkan prestasi. Dangal (2016) beranjak dari kisah pegulat Mahavir Singh Phogat yang mendidik anak perempunya, Geeta Phogat dan Babita Kumari di cabang olaharga yang sama untuk meraih medali emas di ajang Commonwealth Games tahun 2010. Gold (2018) mereka ulang kemenangan tim hoki India meraih emas di Olimpiade tahun 1948. Padman (2018) merefleksikan perjuangan Arunacchalam Muruganantham dengan ide membuat pembalut yang dapat diproduksi sendiri oleh kelompok perempuan miskin di pedesaan.

Hrithik Roshan yang memerankan Anand Kumar sudah menjadi jaminan akting. Sama halnya Aamir Khan di Dangal atau Akshay Kumar dalam Gold dan Padman. Konsep pembangunan manusia di India hendak mengatakan kalau apresiasi negara sejalan dengan penggarapan film yang dirujuk dari prestasi anak negeri mereka. Walau, tentu saja, jalan terjal perjalanan mereka dibiarkan berjuang sendiri. Tidak ada negara yang mendampingi atau mendukung kiprah mereka sejak awal.

India yang saat ini diarsiteki Perdana Menteri, Narendra Modi berambisi menjadi kekuatan global dengan segala perubahan yang dilakukan. Penguatan dilakukan di bidang militer terbesar keempat di dunia. Pergaulan global India memotong siklus blok. Tidak ada lagi pembatasan. India dekat dengan USA dan Rusia termasuk Tiongkok.

Namun, kekuatan dengan ambis itu bukannya tanpa tusukan duri dari dalam. Angka kemiskinan masih tertinggi, gesekan di perbatasan Pakistan, kelompok Maois,  dan gerakan fundamentalisme Hindu. Dikutif dari laman Tirto.Id (7/11/2017). Sejarawan India, Ramachandra Guha menuliskan kalau India tidak akan menjadi negara adidaya.

Anand Kumar, malah, mengalami rencana pembunuhan. Basabasi sampah sang menteri (Pankaj Tripathi) yang menolak memberikan bantuan akomodasi agar Anand bisa berangkat ke Cambridge sudah jelas sebagai pengkhianatan negara kepada pemberian ruang kepada anak berprestasi.

Pendidikan adalah jalan menuju surga yang kerap diucapkan menteri berakhir sebagai surga bisnis menjalankan pendidikan. Ia bekerjasama dengan Lallan Shing (Aditya Shrivastava) sebagai pionir bisnis pendidikan melalui lembaga kursus, semacam bimbingan belajar di Indonesia. Di tengah keterpurukan, Lallan memungut Anand Kumar dalam lingkaran bisnisnya.  Ia menjadikan Anand tambang meningkatkan popularitas karena sadar dengan potensi Anand Kumar.

Kerjasama itu berlangsung dan mengantar Anand Kumar perlahan meningkatkan status sosialnya. Tampilan necis, sepeda motor dan jaminan materi yang lain. Pergumulan kelas yang membawanya ke dalam ruang yang sedari dulu diimpikan. Mengaplikasikan metodenya memahami ilmu matematika. Impian ke Cambridge sudah dilupakan dan ia menemukan titik kebahagiaan dalam hidupnya. Status sosialnya sudah menjadi jaminan agar dia bisa diterima di keluarga kekasihnya, Supriya (Mrunal Thakur).

Ia kembali menyadari setelah menyaksikan seorang anak miskin tekun belajar namun minim kesempatan akibat pola yang belum berubah. Persis yang dialaminya dulu ketika gagal ke Cambridge. Pendidikan tidak mengubah siklus. Akses mendapat sarana pendidikan yang layak tetaplah dimiliki orang kaya. Di India, situasi kemiskinan bukan semata bergulir pada keluarga, agama, dan geografi. Hal mendasar yang tidak banyak dijumpai di negara lain ialah, persoalan kasta yang terus diproduksi sebagai legitimasi sosial.

Percikan kesadaran tentang pada siapa ilmu pengetahuan harus berpihak didapatkan dari pengayuh sepeda yang mengantarnya pulang di malam itu usai menghadiri pesta yang digelar lembaga pendidikan di mana Anand Kumar bekerja. Ia mendengar kembali hikayat Ekalaya yang dipinta memotong jempolnya oleh Resi Dorna sebagai doktrin kepatuhan kepada guru. Namun, itu akal bulus saja agar Arjuna tidak memiliki saingan dalam keahlian memanah.

Anand Kumar menyadari kalau pendidikan: penguasaan ilmu pengetahuan haruslah berpihak pada mereka yang dilemahkan oleh struktur. Ia keluar dari lembaga pendidikan yang dikelola Lallan Shing dan mulai menyebarkan brosur ke kantong kemiskinan. Mengajak anak-anak miskin untuk terlibat dalam proyek pembelajarannya. Ia melihat kalau potensi kecerdasan itu ada pada tiap anak terlepas dari latar keluarga, kasta, dan agama.

Proyek prestius yang kemudian dikenal Super 30 itu mulai dijalankan di gedung sewaan yang jauh dari layak. Adik dan ibunya dilibatkan dalam proyek pendidikannya itu. Saya teringat upaya Paulo Freire yang mencoba merancang sendiri metode pendidikannya untuk pemberantasan buta huruf di Brasil. Usahanya itu kemudian mendapat respons negara dan Freire sempat menjabat penanggung jawab di lingkup kerja pemerintah sebelum berakhir akibat adanya kudeta militer di Brasil di era itu.

Anand Krsina menolak menjadi Resi Dorna, watak guru yang menghamba pada kekuasaan. “Dibutuhkan raja untuk mengajar seorang raja,” bujuk Lallan Shing mencoba mengajak Anand Kumar kembali bergabung. Anand Kumar menolak dan kembali menyerah–kemudian mendatanginya. Terjadi perjanjian kompetisi yang mempertaruhkan lembaga pendidikannya. Jika siswa Anand Kumar kalah maka ia harus menutup kegiatannya.

Sial, di hari pengumuman, Anand Kumar menelan air liurnya di balik senyum tengik Lalllan Shing. Untungnya, Supriya, yang sudah dalam dekapan lelaki lain tetap bersimpati. Ia menyembunyikan surat perjanjian itu yang, membuat seorang jurnalis, Raghunath (Amit Sadh) mengendalikan suasana dengan mengajukan pertanyaan dengan meminta transparansi, upaya itu membantu Anand Kumar menegaskan eksistensi agar tidak tunduk pada Lallan Shing.

Menolak Tatapan Kolonial

India merdeka dari Inggris di tahun 1947. Dalam perjalanannya, India menganut federalisme dengan 28 negara bagian dan tidak ada bahasa kesatuan layaknya di Indonesia. Masing-masing wilayah menggunakan bahasa dan praktis bahasa Inggris menjadi bahasa interaksi antar wilayah.

Ketika Anand Kumar melakukan evaluasi mengapa siswanya kewalahan menjawab soal. Ia mendapat respons kalau ada mental inferior akibat penguasaan bahasa Inggris. Di perayaan Holi, Anand meminta siswa tampil mementaskan drama menggunakan bahasa Inggris. Pertaruhan yang kemudian menemukan ulang eksistensi kebangsaan sebagai warga India penutur bahasa Hindi.

“Kami sudah membiasakan diri dengan bahasa Inggris. Giliran Anda membiasakan memahami kami dengan bahasa Hindi.” Ucap Fuggu Kumar dalam pidatonya di awal film. Kenapa harus bahasa Inggris untuk memahami pengetahuan. Perlawanan itu segera memantik siswa merayakan kegusaran mereka di atas panggung. “Bayanti menolak menari di hadapan anjing-anjing.” Mereka tidak sedang mengejek penggunaan bahasa Inggris melainkan menolak dominasi pengetahuan yang tidak netral dari luar dan menginginkan pengetahuan yang membebaskan. Tatapan kolonial, kunci paradigma yang didendangkan Franz Fanon untuk mencurigai bentuk penguasaan pengetahuan yang diimpor negara barat pasca kolonial.

Film ini sederhananya hendak merekam kisah Anand Kumar yang memberikan metode pembelajaran kepada anak-anak miskin agar bisa menembus seleksi ketat ke Institute Teknologi India (IIT). Tetapi, sutradara Vikas Bhal memberikan pendekatan lain. Meramu film melebihi niat awal Anand Kumar.

Perlawanan siswa menghadapi komplotan bajingan yang dikirim Lallan Shing atas perintah sang menteri ke rumah sakit di mana Anand Kumar dirawat setelah ditembak. Teori pengetahuan eksak yang didapat dari kelas diaplikasikan ke dalam praktik. Sekali lagi, tidak ada negara dalam tindakan brutal ini. Pranav Kumar (Nandish Sandhu), adik Anand yang meminta perlindungan ke polisi mendapat penolakan halus.

Tidak ada cara lain selain melawan. Ada dua jenis manusia yang kerap diulang Anand Kumar. Ricky dan Bholu. Ricky mewakili manusia yang meminta dan selalu ada. Sedangkan Bholu mewakili mereka yang harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu.

“Belajar berarti mengalahkan semua musuh//Belajar itu membuatmu yakin tentang siapa dirimu…” adalah petikan lagu latar. Anak-anak miskin itu melawan untuk mendapatkan haknya. Setara anak-anak keluarga kaya untuk mengakses sarana di IIT. Anand Kumar hanya membantu menyiapkan pijakan untuk melompat.

_

Komentar

Postingan Populer