Real Madrid Menari Moonwalk dan Manchester City Tidak Peduli

Real Madrid kontra Manchester City UCL 201-2016
Repro. Kamar Bawah. Sumber gambar di sini

DUA klub Spanyol, Real Madrid dan Valencia bertemu di final Champions musim 1999-2000 di Stadion de France, Paris, Perancis. Laga tersebut merupakan sejarah baru dalam final liga antar klub se Eropa. Musim 2002-2003, giliran dua klub Italia, AC Milan dan Juventus bertarung di final yang berlangsung di Old Trafford, markas Manchester United. Pemenang masing-masing di dua  laga final beda musim itu, Los Blancos memecundangi El Che, julukan Valencia 3-0 dan Rossoneri menang adu penalti atas Si Nyonya Tua.

Musim 2007-2008, Manchester United berjumpa sesama klub Liga Primer Inggris, Chelsea. Lewat adu penalti, Red Devils mengubur impian Les Blues. Jerman tidak mau ketinggalan, musim 2012-2013, Bayern Munchen bertarung hidup mati dengan Borrusia Dortmund yang dimenangkan The Bavarian 2-1.

Musim berikutnya, sejarah baru yang sungguh spesifik, bukan hanya dari negara yang sama. Tetapi rival sekota. Derbi Madrid tersaji di final Champions 2014-2015 di Stadion da Luz, Lisbon, Portugal. Los Blancos mengulang kemenangan menghadapi klub senegara. Skor 4-1 atas Atletico Madrid mengantar Real merengkuh La Decima, gelar kesepuluh Champions.

Semusim berselang. Harapan mendekati ulangan final Derbi Madrid sudah 50%. Los Blancos meraih satu poin dari Etihad Stadium. Sedangkan Atletico sukses mengantongi poin penuh atas Bayern Munchen di Vicente Calderon dan memastikan ke final walau kalah 2-1 di Allianz Arena.

Laga leg kedua di Santiago Bernabeu menjadi neraka bagi The Citizens. Klub semenjana yang sudah berani melangkah hingga babak semi final. Sebagai wakil Inggris. Manchester City punya kans memadai. Tim asuhan Manuel Pellegrini mengusung sepakbola menyerang. Polesan pelatih asal Chile tersebut berhasil mengubah City menjadi klub ditakuti di Inggris. Menggeser dominasi Manchester United di kota Manchester.
Tentu, tidak semua karena Pellegerini. Milyarder asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed, tanpa ada ketakutan bangkrut menggelontorkan uang membangun ulang fondasi tim. Roberto Mancini turut berandil dan beberapa pemain yang pernah bergabung.

Entah ini kesialan atau tantangan yang perlu dijalani. The Citizens harus menghadapi Real Madrid dari hasil undian. Namun, tim mana pun yang dijumpai. Tidak boleh tidak melawan. Ini kompetisi dan bukan transaksi jual beli pemain.

Sepuluh kali gelar juara Champions. Real Madrid tidak terkejar. Sejak final satu negara. Los Blancos memulai prasasti sebagai klub spesial di pentas Champions. Dua kali melakoni final satu negara. Dua kali pula memenangkannya. Los Blancos terus berjalan ke depan mengejar Undecima, gelar kesebelas, sekaligus mengulang peristiwa lampau yag pernah ditapaki. Gelagatnya, serasa final musim 2013-2014 hendak diulang.

Ini mengingatkan tarian Moonwalk Michael Jakcson yang pertama kali diperagakan di pentas Motown 25: Yeisterday, Today, Forever di tahun 1983. Si Raja Pop dalam tariannya seakan berjalan ke depan tetapi sesungguhnya berjalan mundur.

Los Blancos boleh megak dengan pencapaiannya. Dan, The Citizens punya hak tidak peduli. Hasil imbang skor kacamata justru beban bagi Real Madrid di kandangnya sendiri. Bagaimana jika skornya 1-1. Maka City yang berhak berlaga di San Siro, Milan, Italia.

Di skuat Zidane, Cristiano Ronaldo adalah opium. Kekalahan 2-0 di kandang Wolfsburg kemudian membalikkan situasi 3-0 di rumah sendiri dengan satu nama saja yang tertulis di papan skor. Merupakan senjata yang dapat merusak lawan dan diri sendiri.

Tetapi, di pusat keramaian, selalu saja ada yang menonjol sendiri. Seumpama pasar malam, dari ribuan gerai menjual produk serupa, tetap saja ada satu yang menarik mata masing-masing pengunjung. Ronaldo menjadi terpisah dalam tim. Pellegrini didepak dari kursi pelatih Real Madrid karena dalam tim telah disediakan sepuluh gitaris andal. Mustahil baginya menggelar pertunjukan orkestra yang memukau pengunjung.

Mendaras skuat Real Madrid dari ribuan purnama. Melulu diisi penari tunggal. Bukan penari latar yang menjalankan irama yang sama. Aksi Redondo di perdelapan final Champions musim 1999-2000 yang mempermalukan Henning Berg dengan gaya uniknya melewati hadangan pemain belakang Manchester United dan gol penentu Zidane di final musim 2001-2002 sudah cukup sebagai bukti.

Bersatunya Figo, Zidane, Ronaldo, dan Bechkam, masing-masing ikon timnas di negaranya. Melanjutkan tradisi, Cristiano Ronaldo diangkut dari Old Trafford kemudian Gareth Bale. Semuanya penanda kalau Real Madrid doyan penari tunggal. Peduli setan jika legenda sunyi, Raul Gonzales dan Ikes Casillas harus keluar.
Suasana individual di Santiago Bernabeu sesungguhnya jalan lapang bagi City. Pellegrini dapat menggelar konser apik dengan kemampuan tiap anak asuhnya. Kevin de Bruyne tetap bisa bersolo gitar tanpa mengganggu gesekan biola Aguero. Kompany dengan tenang menggebuk drum sambil menyaksikan tarian tunggal Ronaldo atau Bale.

Namun, konser kadang berantakan jika ada penonton mabuk yang mengacaukan pagelaran. Bisa pula, jika sala satu pemain lupa membawa instrumen musiknya. Lalu, tuan rumah enggan meminjamkannya.
_

*Ditulis ketika Manchester City berjumpa Real Madrid di semifinal Liga Champions musim 2015-2016.
Pernah dimuat di gotimes.id edisi 4 Mei 2016 (Web ini telah off)



Komentar

Postingan Populer