Hazard Memang Edan

Edan Hazard
Repro. Kamar Bawah. Sumber gambar di sini

Di tahun 2013, belum semusim ia membela Chelsea, nomor punggunngya masihlah angka 17, angka yang kira-kira, belum keramat untuk dikenang. Praktis, tidak ada ingatan soal legenda sepakbola yang pernah mengenakan nomor itu. Paling banter kita hanya mengingat Ilham Manzis, pemain Turki yang coba memperdaya Roberto Carlos di fase semi final Piala Dunia 2002.

Di musim berikutnya, Hazard yang dibeli dari Lille OSC, klub asal Perancis sudah mengunci lapangan tangah Chelsea seiring hengkangnya Lampard. Pada satu pertandingan di musim awal kedatangannya, dunia mencibir kelakuan Hazard yang menendang anak gawang di tepi lapangan.

Pertandingan sudah memasuki menit ke 78 dan skor masih 0-0, tuan rumah, Swansea City akan diunggulkan bila mampu menahan imbang Chelsea dan akan lolos ke final Piala Liga (Capital One). Melihat situasinya, Hazard memang tak kuasa menahan diri, sebab si anak gawang ogah memberikan bola kepada Hazard yang akan menendang bola sudut.

Akibat ulahnya, Hazard diusir wasit di pertandingan itu. Esoknya, beberapa headline media menampilkan foto Hazard di sudut lapangan menendang si anak gawang: Edan Hazard, itu yang tertulis di headline salah satu koran lokal di Sulawesi Selatan, Tribun Timur. Nama depannya diplesetkan menjadi tindakan gila.

Klarifikasi mengenai kejadian itu segera mencairkan suasana, si anak gawang dan Hazard sudah saling memaafkan. Si anak gawang memang ada niat mengulur waktu pertandingan dan, Hazard yang kesal dengan sikapnya menempuh jalan kekerasan. Siapa pun, saya kira, akan murka jika mengalami kejadian seperti itu.
­_

Di Piala Eropa 2016, Belgia hadir dengan skuat yang merata di semua lini. Hazard ditunjuk sebagai kapten tim. Pelatihnya, salah satu legenda sepakbola mereka, Marc Wilmots, pemain yang mencetak gol ke gawang Brasil di fase 16 besar Piala Dunia 2002 namun dianulir wasit. Kelak, itu dendam yang tertanam di batok kepalanya dan mengeluarkan kutukan kalau kelak, Belgia akan membalas dendam dengan rasa yang sama. Apes, susunan materi Wilmots kewalahan meladeni Wales di fase 8 besar di Piala Eropa. Belgia takluk 3-1 dan perjalanan Belgia terhenti begitu pun dengan karier kepelatihan Wilmots di timnas Belgia.

Di Piala Dunia 2018, Belgia kembali hadir dengan susunan pemain tidak jauh berbeda. Fase grup dilewati dengan baik-baik saja. Dan, tibalah pada waktu ketika nasib tak bisa lagi diubah. Jalannya sudah begitu. Mau bagaimana pun, jalur pertandingannya akan mengarah ke sana. Belgia berjumpa dengan tim paling ditakuti di dunia (dulu, sih, begitu). Jika di PD 2002 Brasil memulangkan Belgia di 16 besar, kini Belgia memulangkan Brasil dari tangga 8 besar. Mengingat dendam Wilmots. Cukup sepadan, lah.

Ketika Belgia meladeni Brasil, kita saksikan seolah ada pemain Brasil yang bermain di kubu Belgia. Gocekan bola yang seyogianya diperagakan Brasil justru dimainkan dengan baik oleh Hazard. Ia menggila dan memancing seperempat pemain Brasil mendekatinya. Lupakan Neymar yang nampaknya mendahulukan aktingnya ketimbang kemampuannya mengocek bola. Hazard menjadi edan di pertandingan itu.

Pergerakannya di kiri membuat De Bruyne leluasa menusuk di sisi kanan pertahanan Brasil yang melahirkan sepakan berbuah gol melalui skema serangan balik. Lukaku yang menguasai bola di tengah dibaca bek Brasil kalau itu akan dialihkan ke kanan. Meski pada proses itu Hazard masihlah di belakang dan tidak segera mengisi ruang jelajahnya di kanan. Lukaku membuyarkan amatan bek Brasil karena bola dialihkan ke De Bruyne di kanan.

Di satu momen, Coutinho dan Fernandinho mencoba menutup ruang umpan Hazard. Kedua pemain itu bergerak seirama di jarak yang dekat. Hazard hanya sekali membalikan badan dan memberi umpan pendek ke rekannya yang menyambut di samping Coutinho. Itu menunjukkan satu peragaan untuk membuka ruang umpan yang telah tertutup tadi.

Di momen yang lain, Willian dan Jesus juga dibuat amatiran karena berusaha merebut bola dan menutup pergerakannya. Ada lagi satu kejadian ketika Hazard dan Witzel memeragakan umpan satu dua di tengah di lapangan. Hal demikian itu sesuatu yang sering dilakukan tim dari Amerika Selatan, utamanya Brasil dan Argentina, juga mengingatkan peragaan yang dulu sering dilakukan Iniesta dan Xavi. Kali ini dipertontonkan oleh Hazard di hadapan pemain Brasil. Edan.
_



Komentar

Postingan Populer