Dengan Cara Apa Memenangkan Piala Dunia

Tim yang meraih Tropi Piala Dunia Rusia 2018
Repro. Kamar Bawah. Sumber gambar di sini

Mengapa bisa negara Amerika Selatan dan Eropa Barat bergantian memenangkan Piala Dunia. Brasil lima kali, Argentina dan Urugay dua kali. Jerman dan Italia empat kali, Perancis, Inggris, dan Spanyol masing-masing satu kali. Setiap kali hajatan ini digelar, imajinasi akan tertanam pada negara yang itu-itu saja yang bakal juara. Seolah Piala Dunia sekadar arisan 8 negara.

Fakta ini mengundang banyak analis untuk mendedahnya, bukan hanya para pelatih, ekonom, sejarawan, sastrawan, teoritis politik, jurnalis, hingga peneliti sosial tertarik menjadikannya medan penelitian. Tentu bukan tanpa sebab mengapa sepakbola begitu menyita perhatian.

Ada banyak sekali komponen data yang bisa dijadikan parameter guna mengaitkan sebuah tim mampu menjuarai Piala Dunia. Data itu bahkan bisa dikelompokkan ke bentuk yang lebih spesifik dan memakai pisau bedah psikologi untuk mengurai bagaimana partikel-partikel data mampu mengungguli sub data yang lain.

Persoalan kultur dan teknologi berjalin kelindang dalam hal ini. Apakah kedua faktor itu mampu menentukan juara dunia. Di dekade 30 an hingga memasuki awal milenium, negara di Eropa Barat secara bertahap merasionalisasi sistem dalam mendekati sepakbola. Di dekade yang sama, negara di Amerika Selatan masih menjadikan sepakbola sebagai ajang pelarian dari peliknya hidup. Siapa yang menang, di pentas Piala Dunia hingga titik itu masih didominasi dua poros tadi. Utamanya Brasil yang masih memenangkannya di tahun 1994 dan 2002.

Memasuki edisi 2006, 2010, dan 2014, poros Amerika Selatan dan Eropa Barat masihlah menjadi kekuatan berebut dominasi. Sampai di situ, apakah teknologisasi sepakbola sudah menjadi acuan mendasar mengingat beberapa negara maju di Asia sudah menyiplak cetak biru pendekatan Eropa. Lalu bagaimana dengan negara di Afrika yang, sejumlah pemainnya menjadi tulang punggung klub elite di Eropa.

Melihat data sejak edisi 2002, secara berangsur tim Amerika Selatan mulai tersingkir dari Perempatfinal dan Semifinal. Puncaknya di Piala Dunia 2018, tim yang berlaga di Semifinal diwakili tiga dari Eropa Barat dan satu Eropa Timur. Meski grafik ini tentulah probabilitas sejak edisi perdana.

Secara komposisi, dominasi Eropa memang memungkinkan terjadi mengingat jatah tim Eropa lebih banyak dibandingkan zona yang lain. Faktor lain tentu saja kekuatan sepakbola sudah semakin merata. Pemain yang berlaga pada umumnya merumput di liga sepakbola Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda, Belgia, Portugal, dan Perancis. Negara-negara tersebutlah tujuan utama para pemain dari pelosok dunia untuk bekerja. Perlahan, Tiongkok mulai menjadi pemain di wilayah ini.

Wacana yang diajukan Franklin Foer dalam bukunya, Memahami Dunia Lewat Sepakbola, di epilog buku itu ia menyajikan konsep politik yang dianut tiap negara ketika menjuarai Piala Dunia dimulai ketika Uruguay meraihnya di tahun 1930 hingga Italia di tahun 2006.
Foer mengomparasikan sistem politik yang sedang berkuasa sebagai cerminan kekuatan sepakbola, walhasil, dalam kajiannya, Foer tidak menemukan negara yang menganut komunis menjuarai Piala Dunia. Berbeda dengan fasisme dan junta militer ketika berkuasa.

Sederhananya seperti ini menurut Foer, fasisme mengalahkan komunis, junta militer mengalahkan fasisme, demokrasi menglahkan junta militer. Brasil 1970 dan Argentina 1978 tunduk dalam junta militer, Italia 1934 dan 1938 dalam selimut fasisme. Sisanya, varian demokrasi seperti: rapuh (Urugay 1930), berkembang (Urugay 1950), Kristen (Jerman Barat 1954), populis (Brasil 1958 dan 1962), sosial (Inggris 1966, Italia 1982-2006, Jerman 1974-1990, Perancis 1998), tumbuh (Brasil 1994), neoliberal (Brasil 2002). Pemetaan Foer ini menunjukkan kalau negara yang menganut demokrasi (dengan konteks variannya) lebih banyak memenangkan Piala Dunia.

Gambaran Foer ini sangatlah gamblang. Kita bisa lihat kondisi pemerintahan Brasil yang berubah dan tidak memengaruhi prestasi di Piala Dunia. Foer sendiri mengakui ini sebagai eksepsi. Meski begitu, kita jadi memiliki tambahan sudut pandang dalam mengurai subyek juara dunia.


Manusia

Sumber daya menjadi hal yang sangat pokok. Bila Eropa berinvestasi besar-besaran membangun pusat pelatihan yang hampir melibatkan semua aspek dalam pengembangan sepakbola, di Amerika Latin berdiri dengan caranya sendiri.

Oscar Tabarez, pelatih Meksiko tidak menutup mata dengan pendekatan Eropa, namun baginya aspek lain tidaklah bisa disepelekan. Ia menyebut faktor sejarah adalah esensi yang lain. Ungkapan Tabarez ini sesungguhnya lebih pada situasi dan secara spesifik yang dimaksudkan adalah kultur.

Sejarah dalam pandangan Tabarez perlu dicek ulang, jika sejarah yang dimaksudkan mengacu pada prestasi, sudah pasti ia melandaskan posisi Brasil yang sudah lima kali meraih tropi. Humor gelap yang dilontarkan sastrawan Argentina, Borges, justru menganggap sejarah sepakbola di Amerika Selatan adalah dosa bangsa Inggris.

Baik, lupakan pandangan spesifik dua manusia tersebut. Kita kembali melihat situasi yang melahirkan anak-anak Eropa dan Amerika Selatan. Bila usia belia di Eropa sudah menjejal pusat latihan yang canggih, sebaliknya usia yang sama di Amerika Selatan masih menjadikan sepakbola sebagai hiburan di jalanan.

Di sisi lain, transfer bakat dari Amerika Selatan, Afrika, dan secara bertahap Asia mulai terlibat. Bukankah itu menujukkan kalau Eropa juga memerlukan pendekatan yang lain. Tidak masalah hal ini disebut watak industri untuk menunjang perputaran uang di kompetisi sejumlah negara di Eropa. Sisi ini bisa saling membutuhkan sekaligus pola pembunuhan karakter pemain yang berimigrasi ke Eropa.

Brasil 2002 atau Argentina 2014 (meski gagal di final) bukankah manusia di dalamnya menjadi nyawa bagi klub di Eropa yang dibelanya. Tetapi, melahirkan paradoks tersendiri di Afrika dan beberapa negara yang lain. Tabarez tak sepenuhnya keliru bila sejarah dalam imajinasinya mencakup kultur Amerika Selatan menerabas kekuasaan modal Eropa. Fisik bisa saja dibeli, tetapi kultur (sejarah) tak ternilai.
_



Komentar

Postingan Populer