Sewindu Bersama Sepeda Motor Honda


Tugu ucapan selamat datang di kota Pangkajene, ibu kota Kabupaten Pangkep

Di Pangkajene, kota kecil ibu kota Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) berjarak sekitar 50 km di sisi utara kota Makassar, Sulawesi Selatan, tangki bensin menjadi layanan informasi mengetahui keluaran terbaru sepeda motor. 
 
Mengapa bisa demikian. Apakah di Pangkep tidak ada dealer sepeda motor. Persisnya tidak demikian. Distribusi sepeda motor di Indonesia pada umumnya telah menjangkau hampir semua kota kabupaten. Dan, tidak terkecuali di Pangkep. Malah, merk sepeda motor yang beredar bukan cuma satu saja. 

Produk pabrikan asal Jepang seperti Yamaha, Honda, Suzuki, hingga Kawazaki masing-masing ada dealernya tersendiri sebagaimana pabrikan asal India dan Tiongkok yang mulai merambah pasar di daerah. Kesemuanya menjadi pilihan bagi masyarakat dalam menunjang aktivitas.

Namun, melihat penggunaan sepeda motor yang digunakan masyarakat, merk Honda memang lebih banyak mengaspal yang hanya bisa disaingi merk Yamaha dan Suzuki. Sisa merk yang ada, tanpa menepikan, tetap diminati untuk skala yang lebih kecil. 

Asumsi itulah yang digunakan ketika menyaksikan antrean sepeda motor dibawa tuannya mengisi bahan bakar. Asumsi yang lain, karena masyarakat di Pangkep menyandarkan pilihan pada masifnya penggunaan sepeda motor di jalan dan tidak terlalu menggubris iklan atau selebaran dealer yang memang peredarannya tidaklah banyak.
_

Tahun 2009 silam menjadi tahun pertama membeli sepeda motor merk Honda. Produk terbaru di tahun itu ialah Honda Blade. Pertama kali melihatnya ditunggangi seorang pengendara di tangki bensin, saat itu saya membonceng pada teman yang juga sedang mengisi bahan bakar.

Di saat antrean, sepeda motor keluaran terbaru itu nampak, dengan mudah dikenali merk Honda karena adanya stiker di bagian belakang, tepat di bawah lampu. Jelas saja itu produk terbaru dari Honda. Karena segan bertanya pada orang yang tida dikenal, saya bergeser ke samping menatap mesin yang digunakan. Rupanya tidak seperti yang dipakai pada Honda Revo. Artinya, mesinnya juga produk terbaru.

Terbersit keinginan, jika kelak ada kesempatan membeli sepeda motor, maka Honda Blade inilah pilihannya. Model dan desainya sudah menjawab tantangan zaman dan fungsi saat itu. Pertama, saya senang berkendara ke daerah (turing). Kedua, model pelindung ban depan (spedbord) menyerupai motor sport. Ketiga, lampu depan nampak besar dan tidak menempel di kepala (stan).

Salah satu dealer Honda di Pangkep. Diabadikan di hari libur Idul Adha 2017 (Tutup)

Gayung bersambut, kakak ipar mengabari beberapa hari kemudian tentang adanya program khusus DP rendah bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditawakan dealer Honda di Pangkep. Sebelumnya memang, ia sudah mengetahui tentang niat saya membeli sepeda motor. 

Di lingkungan pertemanan hal itu sudah tersebar dan saya menerima banyak sekali masukan mengenai sepeda motor yang cocok. Teman merekomendasikan sesuai merk yang dipakai. Tak sedikit mengusulkan membeli sepeda motor matic saja yang semakin merajai jalanan.

Saya bergeming dan terus mencari sepeda motor yang sesuai dengan minat dan tantangan yang bakal saya hadapi. Bagaimanapun, saya sendirilah yang mengetahui dan akan menghadapi tantangan dengan sepeda motor yang akan kugunakan. Analisis sederhana ini mengacu pada kemampuan ekonomi untuk menyicil, perawatan, dan pengalaman.

Informasi yang saya dapatkan, dengan DP minimal dua juta maka sudah bisa kredit Honda Blade senilai Rp.500.000,- sebulan sebanyak 35 kali bayar. Nilai itu tentu enteng bagi saya yang belum punya pekerjaan tetap dan masih kerja serabutan di tahun 2009 kala  itu.

Jadi, analisis pertama menyangkut keuangan sudah terjawab. Sedang poin analisis kedua tentang perawatan yang berikatan pula dengan keuangan, sedikitnya bisa diatasi dengan relasi teman yang memiliki bengkel motor kecil. Juga, ditunjang pengalaman (analisis ketiga) mengendarai sepeda motor Honda Supra Fit milik saudara yang dua tahun sebelumnya dititipkan ke saya untuk dipakai sementara.

Ya, jika harus mengganti oli, mengencangkan rantai motor, cuci busi dan saringan udara sudah bisa saya kerjakan sendiri. Pada dasarnya, sepeda motor Honda lumayan awet mengenai penggunaan suku cadang. Untuk menjaga kestabilan mesin solusinya hanya rutin mengganti oli saja.

Maka, jadilah mengiyakan paket promosi yang ditawarkan kakak ipar dengan ketiga analisis di atas, juga kesan pertama melihat penampakan Honda Blade di tangki bensin. Bahwa kuda besi inilah yang akan menemani hari-hari saya ke depan.
­_

Selama sewindu, Honda Blade keluaran pertama itu saya gunakan. Di tahun pertamanya (2010), selain berkeliling di desa-desa Pangkep, juga saya jajal kemampuannya menempuh jarak ribuan kilometer mengitari kota kabupaten sisi selatan Sulawesi Selatan seperti Gowa, Takalar, Jeneponto, Sinjai, dan Bulukumba. 

Tahun pertama bersama Blade di salah satu desa di Pangkep

Sedangkan di sisi utara, bersama sejumlah teman menyusuri kota Barru, Pare-Pare, Sidrap, Enrekang, hingga Palopo. Selama touring itu, hanya melakukan pergantian oli dan mengencangkan rantai saja. Selebihnya, semuanya normal. Saya merasakan perjalanan di atas sadel Honda Blade serupa menunggangi kuda. 

Seiring waktu, seri kedua Blade dirilis dengan tampilan lebih gemuk dan mesinnya juga baru. Lahirnya keluaran terbaru itu tentu jawaban dari meingkatnya peminat. Mengingatkan pada seri kendaraan yang peminatnya meningkat. Hal ini berbeda, misalnya, dengan seri Honda Kharisma atau Legenda yang mentok pada satu seri saja.

Namun, seri terbaru itu tidaklah memantik saya untuk melego Blade lama. Saya tetap suka dengan Blade seri pertama karena bodinya yang ramping. Blade pertama itu saya gunakan hingga awal tahun 2017.

Mengingat sudah menginjak delapan tahun (sewindu) tentu sudah lewat dari garansi mesin dari pabrik. Menurunnya performa tarikan mesin sangat terasa bila menempuh perjalanan jauh. Jarak dari Makassar ke Pangkep saja yang normalnya dijajal selama satu jam sedikit menunjukkan hal itu.

Tugas sudah selesai, Foto terakhir si Blade sebelum berpindah pemilik

Dengan pertimbangan itulah, Blade hitam yang menggoda di tahun 2009 saya anggap sudah waktunya dipensiunkan. Saya melegonya di salah satu pusat jual beli motor bekas dengan harga yang lumayan bisa dijadikan DP untuk menyicil sepeda motor baru.

Usai Blade itu saya jual, banyak teman-teman di kampung menyayangkan karena dijual di makelar. Padahal, menurut teman, Blade saya terawat dengan baik. Terbukti, saya mempertahankan bentuk awalnya dan tidak pernah melakukan modifikasi. Tetapi, sudahlah, Blade itu sudah waktunya berpindah pemilik.

Segepok uang hasil menjual Blade selanjutnya ada digenggaman. Sempat berpikir membeli merk sepeda motor seperti yang dikendarai kakak lelaki saya karena menilai harga jualnya tidak jatuh seperti Honda. Namun, di belakang hari, kakak saya malah membeli Honda keluaran terbaru, All New Supra GTR150.

Kakak turing ke Sulawesi Tengah menggunakan Honda All New Supra GTR 150

Mengingat kakak saya latar pendidikan dan kerjanya di bidang otomotif, sedikit memengaruhi cara pandang saya. Meski tak pernah saya tanyakan maksud ia membeli motor merk Honda yang dulu dinilai terbelakang dalam model. Langkahnya mengubah pilihan memantapkan kembali untuk kembali membeli sepeda motor Honda. Pilihannya, sisa tipe yang mana.
_

Ketika Honda merilis motor matic Scoopy di tahun 2013, saya kembali tergoda. Modelnya dengan pantat (bodi) di kiri kanan mengingatkan Vespa. Anggun sekali. Tak perlu waktu lama, Scoopy menjadi rolmode dan keluarlah type yang sama dari merk lain. 

Kembali pada hukum pasar yang mengacu pada tingginya peminat, Scoopy seri kedua dirilis dengan tampilan lebih berisi (agak gemuk) dari seri pertama. Adik ipar menggunakan seri kedua kemudian disusul suaminya dengan Scoopy seri ketiga. Saya melakukan uji coba (Test Drive) dan tarikannya tenang. Jadi, tunggu apa lagi, Blade yang saya lego hasilnya akan berubah menjadi Scoopy.

New Scoopy, serupa tetapi tak sama. Bisakah Anda bedakan?

Teman di kantor pun merekomendasikan demikian karena sebelumnya ia juga membelikan Scoopy untuk anaknya. Dari sekian banyak dealer sepeda motor Honda yang ada di kota Makassar, ia siap membantu menegokan dengan kenalannya yang bekerja di salah satu dealer Honda. Katanya, prosesnya cepat dan tidak bertele-tele. 

“Jika DP masuk pagi ini, maka motor sudah diantarkan di sore hari,” ucapnya.
Saya mengamininya dan terbukti benar. Marketing Honda datang ke kantor di pagi hari. Saya serarahkan DP dan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan dan di sore hari sepeda motor sudah bisa saya gunakan.

Tadinya memang kepincut memesan Scoopy, tetapi setelah mengecek produk di website http://www.astra-honda.com/ saya melihat seri Honda Beat yang unik. Sebelumnya saya kira, Honda Beat terbaru semuanya sama. Namun, yang saya lihat di website, ada Honda Beat yang tidak menggunakan penutup kepala (kap). Stan motor menyerupai motor trail.
Segera saya hubungi marketing menanyakan soal itu, di ujung telepon ia menjelaskan kalau memang ada dan unitnya tersedia. Saya meminta dihitungkan ulang cicilan dan hasilnya lumayan enteng. Jadi, pesanan Scoopy saya batalkan dan beralih ke Honda Beat Street.
_

Astra Honda Motor (AHM) yang merupakan bagian dari Astra International, perusahaan dalam negeri yang berdiri sejak 1957. Berlandaskan filosofi Catur Dharma menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Saya melihat dari perjalanan saya mengendarai sepeda motor Honda, dua poin Catur Dharma dari empat yang ada, sungguh membumi. Pelayanan terbaik kepada pelanggan dan usaha mencapai yang terbaik.

Ketika saya datang ke dealer mengambil STNK dua bulan setelah pembelian, bagian servis mengingatkan kelalaian saya karena tidak menggunakan jasa servis gratis dan ganti oli pertama yang telah diberikan. Saya katakan kalau saya sibuk dan tidak sempat membawa motor untuk diservis. Hak saya mendapat oli gratis tetap diberikan. Namun, oli itu saya bawa pulang saja karena bisa menggantinya sendiri di rumah.

Sewindu menunggangi Honda Blade bukanlah waktu yang singkat. Di sepanjang hari-hari bersamanya tak pernah teringat kapan mesinnya mati di tengah perjalanan. Hingga kemudian saya bekerja di Makassar, Blade setia menemani melewati peralihan musim hujan dan kemarau di jalanan.

Jika kini beralih ke motor matic, itu bukanlah karena motor bebek tak dapat diandalkan. Pilihan ke matic lebih kepada fungsional karena istri juga dapat memakainya. Bagi sebagian perempuan, tentu saja, lebih praktis menjalankan mesin matic ketimbang memindahkan gigi.

Selain itu, seri kedua Honda Beat adalah bukti betapa mesin matic ini mampu menjawab kebutuhan penggunanya. Modelnya yang ramping merupakan pilihan tersendiri selain daya tahan.

Sebagaimana umumnya motor matic, ada ruang di antara sadel dan stan yang lumayan lapang untuk segala keperluan. Kedua kaki lebih leluasa bergerak dan, ruang itu banyak digunakan membawa barang. Saya kira, jarak yang ada itu menjadi salah satu nilai lebih sehingga matic menjadi pilihan.

Anak pertama saya yang berusia 3,5 tahun lebih leluasa membonceng. Bangku kecil saya buatkan lalu dipasang di ruang kosong itu sehingga lebih aman bepergian bila Dika Lentera, nama anak saya ikut dalam serangkaian perjalanan.

Dika Lentera dan Beat Street di depan tugu Bambu Runcing kota Pangkajene
_

Pangkep-Makassar, 3 September 2017




Komentar

Postingan Populer