Pip dan Seorang Narapidana
“Baiklah,”
katanya, “aku percaya padamu. Kamu telah melakukan perintahku dengan baik. Akan
kuingat kebaikanmu bocah kecil.”
***
Ini tentang
Pip, seorang bocah yang beranjak dewasa menjemput impian hidupnya. Nama
lengkapnya, Philip, karena cadel, ia tidak bisa menyebutkan namanya sendiri
dengan sempurna. Karenanya ia menyebut Pip untuk namanya. Begitulah seterusnya
hingga orang-orang di sekitarnya mengenalinya dengan nama itu.
Ia yatim piatu
ketika sedang lucu-lucunya tumbuh menjadi seorang bocah lelaki bertubuh pendek
ketimbang bocah seusianya, tetapi kedua pipinya tampak tembam. Suatu hari, ia
baru sadar kalau lapangan luas ditumbuhi rerumputan di mana ia tinggal dibawah
asuhan kakak perempuannya yang bersuamikan seorang pandai besi, Joe Gargery, merupakan
halaman gereja. Di lingkungan itu pula kedua orangtua dan kelima saudara
kecilnya dimakamkan.
Tepat di
sanalah permulaan titik perjalanan Pip dimulai. Seorang lelaki menggertak
hendak memotong lehernya, lelaki itu sungguh mengerikan di mata Pip, kedua
kakinya terdapat besi besar. Tubuh Pip diangkat lalu dibalikkan, jatuhlah
sepotong roti di sakunya. Tanpa belas kasih, lelaki itu lalu memakannya.
Setelah menginterogasi Pip dan mengetehaui dengan siapa ia tinggal. Lelaki itu
meminta Pip datang ke esokan hari membawakannya makanan dan kikir besi.
Pip tidak tahu
masalah dan situasi yang berkembang. Hingga sepasukan tentara kerajaan datang
ke desa, memasuki rumah Joe meminta bantuan membetulkan kunci borgol, di sanalah
diketahui kalau para tentara itu datang mencari dua kawanan narapidana yang
kabur.
Perburuhan
narapidana melibatkan Joe dan Pip menyaksikan semuanya. Setelah narapidana ditangkap,
Pip merasa lega dan melihatnya sebagai kemenangan dalam hidupnya. Paling tidak,
ia tidak lagi harus mencuri di rumah kakaknya untuk keperluan narapidana yang
tidak diketahuinya itu. Salah satunya lelaki yang pernah menggertaknya.
Tetapi, persembunyian
kedua narapidana di desa mereka bukanlah ulah Pip yang melaporkannya ke Joe
atau ke kakaknya. Tidak pula ke kantor tentara kerajaan. Semuanya terjadi
begitu saja di mata Pip. Ia sungguh tidak tahu apa yang terjadi. Selaku bocah,
ia tidak mampu mengaitkan satu peristiwa dengan kejadian yang lain. Satu hal,
ketika narapidana itu ditangkap, Pip sempat melihat lelaki yang dikenali
wajahnya, dialah yang memintanya mencuri makanan dan kikir besi. Pip
mendekapkan kedua tangannya di dada dan menggeleng. Lelaki itu menatap Pip.
Dan, Pip bingung dibuatnya, tidak mengerti arti tatapan lelaki yang menjadi
buruhan tentara kerajaan.
Pip
menyaksikan akhir penangkapan itu. Dua narapidana diangkut ke dalam kapal dan
menjauh dari desa.
***
Perubahan
jalan hidup Pip selanjutnya ditentukan usai ia berkunjung ke rumah Mr Havisham,
perempuan tua kaya di kota yang akan menampung Pip.
Bermula di
kota, rangkaian peristiwa hidup Pip di masa lalu terjalin hingga dirinya
dewasa. Berjumpa dengan Estella, perempuan cantik yang sebelumnya menjadi anak
asuh Mr Havisham. Sebagai remaja, Pip merasa jatuh cinta kepada Estella.
Charles
Dickens mengajukan realitas sosial di Inggris di abad 19. Great Expectations
terbit pertama kali di tahun 1861. Saya mengawali pembacaan karya Dickens lewat
novel ini. Penuturannya datar saja lewat rangkaian peristiwa yang dijalani para
tokohnya. Utamanya Pip yang kemudian memeroleh tunjangan biaya hidup dari
seseorang yang tidak dikenalnya.
Menyadari
dirinya sebagai remaja dari desa, Pip menganggap tunjangan biaya hidup itu akan
mengantar dirinya sebagai lelaki terhormat. Dengan demikian menjadi mudah
baginya menggaet Estella. Itu impian terbesar hidup Pip selanjutnya.
Karena Mr
Havisham yang mengundangnya ke kota, Pip menganggap kalau biaya yang
diperolehnya bersumber dari perempuan tua itu. Dickens menggunakan rentang
waktu yang tidak diceritakan. Dari satu cerita yang bergerak maju, di selahnya
berusaha dikembalikan ke masa lampau. Tahulah kita kalau Estella mengalami
kehidupan yang tak kalah pahitnya dengan
Pip sewaktu ia kecil. Karena diasuh sejak mula dalam kehidupan kaya Mr
Havisham, Estella sedikit sombong dan memandang sebelah mata Pip yang datang
pertama kali ke rumah Mr Havisham untuk memperkenalkan diri.
Situasi sosial
yang dihadapi membawa Pip dan Estella mengalami pasang surut jalinan cinta.
Seolah bertepuk sebelah tangan karena Estella kemudian menikah dengan Bentley Drummle
atas dorongan Mr Havisham.
Jarak
peristiwa antara tokoh di masa depan dan di masa lalu tentu dipisahkan jarak
puluhan tahun. Tokoh di masa depan di sini ada pada Pip dan Estella. Sedangkan
di masa lalu, yakni narapidana dan pembantu Mr Jaggers, pengacara yang menjadi
penghubung penyandang dana Pip. Dickens tetap membiarkan jarak masa lalu itu
tidak terhubung antar tokoh yang sebenarnya saling terkait begitu dekat.
Sewaktu Pip
berkunjung ke rumah Mr Jaggers, ia melihat sosok perempuan tua. Ia yakin kalau
perempuan yang dijadikan pembantu itu merupakan ibu kandung Estella. Ia
diselamatkan oleh Mr Jaggers atas kasus pembunuhan yang menimpanya. Namun,
Estella tidak juga berusaha mencari siapa ibu kandungnya karena porsi cerita
itu memang tidak ada. Itu keputusan Dickens selaku penggubah jalannya cerita.
Peristiwa yang
memiliki kaitan dengan tokoh tertentu tetap diendapkan. Kita hanya menyadarinya
saja. Dickens menampilkan kisah manusia yang amat pelik. Terjadi pemutusan
sejarah masa lalu. Hanya saja, berbeda dengan Pip, diketahui kalau penyandang
dana kehidupan Pip sesungguhnya datang dari peristiwa di masa lalu
kehidupannya.
“Baiklah,”
katanya, “aku percaya padamu. Kamu telah melakukan perintahku dengan baik. Akan
kuingat kebaikanmu bocah kecil.”
Kalimat di
atas diucapkan si narapidana kepada Pip yang memaksanya mencuri makanan di
rumah kakaknya sendiri. Itulah kode yang ditinggalkan Dickens di awal cerita. Dickens
mengingatkan hal mendasar yang menampilkan manusia di titik terdalam hatinya.
Seorang penjahat sekalipun tahu akan arti sebuah balas budi.
Pip kaget
ketika seseorang datang menjumpainya di tempat tinggalnya. Saat itu Pip sudah tumbuh
seorang remaja berusia 20 tahunan. Orang itu mengajukan pernyataan yang
mengetahui apa yang terjadi pada kehidupan Pip, utamanya mengenai kehadiran Mr
Jaggers yang datang mencarinya di desa guna menerima tanggungan biaya hidup.
Tahulah Pip
kalau orang itulah yang menjadi penyandang dananya. Ia bercerita banyak tentang
kehidupannya usai ditangkap dan meloloskan diri. Ia menjalani kehidupannya
selaku pebisnis andal. Kembali ke Inggris bukanlah tanpa kesadaran, hukuman
mati siap menjemputnya jika ia ketahuan tentara kerajaan. Dialah narapidana di
masa kecil Pip. Kini, ia datang untuk hidup dibawa perlindungan Pip agar terus
menjaga rahasia keberadaannya di Inggris.
Dickens
menampilkan kelemahan manusia di hadapan hukum negara dan ajal sebagai pilihan
lain. Pip tentu saja berusaha semampunya menjaga rahasia. Abel Magwitch atau
lebih dikenal Provis, dialah narapidana itu yang telah menjadi penyandang dana
Pip. Ia dikepung usia lanjut dan hukuman mati.
Segala usaha
dilakukan Pip bersama karibnya, Herbert, untuk terus menjaga identitas Provis. Tetapi
semuanya tidak sesuai harapan. Provis memang bebas dari hukuman negara dan
dipilih takdir untuk diselesaikan. “Tuhan, kumohon, ampuni semua dosa-dosa yang
pernah dilakukannya!” Doa Pip di ujung nafas Provis.
Pip menemukan
dirinya di ambang kehidupan. Tidak ada yang diraih. Ia gagal di semua lini
kehidupan. Tidak untuk Estella. Tidak juga untuk Biddy, perempuan sebaya
dengannya di desa. Pip tahu kalau Biddy mengharapkannya menjadi pendamping
hidup, tetapi impian mengejar label lelaki terhormat di kota menguburkan
harapan Biddy.
Di titik
keterpurukan Pip usai menerima kenyataan setahap demi setahap. Ia kembali ke
desa dan harus menerima kenyataan Biddy akan menikah dengan Joe. Semua selesai.
Tetapi dasar Pip, ia kembali berjumpa dengan Estella yang telah bercerai dengan
Drummle.
***
Maros-Pangkep,
7 Februari 2016
Komentar