Republik Babi
![]() |
Latar sampul dan siluet kepala babi, sudah cukup sebagai propaganda dan ejekan |
Diperlukan sedikit selera humor juga
referensi pandangan politik membaca Animal
Farm, terjemahan amahrum Bakdi Soemanto, novel fabel yang terbit pertama
kali di tahun yang sama ketika Soekarno membacakan proklamasi, 1945.
Era perang dunia kedua, totaliterisme
kaum Kamerad (sapaan akrab orang komunis) sebagaimana Uni Soviet memperagakannya.
George Orwell fokus di wilayah itu. Eropa adalah titik pusat penguasaan. Dan,
Orwell menolak itu terjadi. Di novel 1984
juga demikian, menarasikan kekuasaan yang dijalankan komunis dalam membonsai
masyarakat. Tetapi, bila ke peristiwa tahun 1965 di Indonesia, tahun permulaan
Orde Baru asuhan Soeharto. Situasi berubah drastis. Justru kaum Kamerad yang
dihilangkan. Disebut biang perusak revolusi.
Sepanjang membaca novel ini, di kepala
saya, Napoleon tak lain adalah Soeharto dan Snowball tipikal Soekarno. Soal Si
Tua Major, babi tua yang meramalkan revolusi bakal terjadi setelah mengalami
mimpi aneh, anggap saja faktor luar yang melecut semangat masyarakat binatang. Lalu,
bagaimana yang lain: Mollie, Boxer, Clover, Bluebell, Jessie, Pitcher, Benjamin,
Muriel, atau Moses, belakangan muncul tokoh kunci yang lain, Squealer. Mereka
tentu para binatang yang, jika sepakat untuk bebas dari perbudakan manusia di
peternakan Manor milik Pak Jones, maka perlu mengamini petuah Si Tua Major yang
wafat sebelum revolusi terwujud.
Suntikan kesadaran bagi para binatang
bermula atas kecerobohan Pak Jones yang tengah mabuk sehingga lupa menutup
lubang keluar masuk ayam walau pintu kandangnya telah dikunci. Malam itu, waktu
yang telah direncanakan para binatang berkumpul di lumbung besar untuk
mendengar pidato Si Tua Major. Di forum itulah, ia memulai propaganda pemberontakan.
Sebagaimana revolusi yang terjadi di
muka bumi, tak dapat benar-benar diterka kapan bakal memuncak. Yang perlu
dipersiapkan bagi para pelaku, ialah bekal menerima risiko atas kesadaran
yang digenggam. Yakin usaha sampai. Ajaran atau anjuran almahrum pemikir
perubahan, Si Tua Major, selanjutnya dibumikan dengan sebaik-baiknya dan
sehormat-hormatnya oleh dua sekawan, Snowball dan Napoleon. Dua babi inilah
yang merawat kesadaran para binatang yang lain. Meskipun Boxer dan Clover dari
ras kuda, ras babilah yang dipandang memiliki kecakapan di atas rata-rata di
antara biantang yang lain.
Benar saja, di atas kesadaran masih
ada kelaparan yang melampaui keampuhan pidato propaganda manapun. Karena lapar,
revolusi berlangsung begitu cepat. Bagai puting beliung merobohkan sebuah gedung.
Trompet perang ditiup seekor sapi yang tidak tahan lagi. Ditandai dengan
mendobrak pintu lumbung jerami dengan tanduknya. Setelahnya, para binatang
lahap di sana. Seolah sudah ditakdirkan, mereka melakukan perlawanan usai
lambung mereka terisi sehingga tenaga pulih kembali.
Pak Jones belum juga sadar. Dengan
bangga, cemeti di tangan ia lecutkan membabi buta. Sayang, semuanya sudah tidak
berguna. Para binatang telah di puncak momen dan enggan mundur walau sedepa.
Menyadari kalau binatang bakal membunuhnya jika masih bertahan. Segera saja,
Pak Jones dan pegawai peternakan yang lain kabur menyelamatkan diri.
Pak Jones, sejak awal memang buta. Ia
memandang binatang di peternakannya benar-benar selaku binatang yang hanya bisa
hidup dan beranak pinak dengan baik jika ditangani manusia. Ia tidak tahu. Sungguh
di luar imajinasinya kalau Snowball dan Napoleon selama ini diam-diam belajar
membaca dan menulis dari buku ejaan lama milik anak-anak Pak Jones yang telah
ia buang. Tegaslah, jika imajinasi kemerdekaan bermula dari literatur. Snowbal
dan Napoleon, adalah pembelajar akut. Mereka mampu meniru bahasa para
penindasnya. Sebagaimana Soekarno, Hatta, Syahrir, atau Tan Malaka yang fasih
berbahasa Belanda.
Sejak saat itulah peternakan binatang
Manor dikuasai sepenuhnya oleh binatang itu sendiri. Papan nama bertuliskan:
PETERNAKAN MANOR diganti menjadi PETERNAKAN BINATANG. Lagu kebangsaan berjudul
Binatang Inggris, sebelumnya sudah menjadi kor. Undang-Undang Dasar yang
dikenal dengan Tujuh Perintah, tersepekati setelah revolusi. begitupun dengan
bendera latar hijau berlogo kuku binatang dan sebuah tanduk pun tercipta. Snowball
menjelaskan maknanya, hijau merujuk pada padang hijau di Inggris, sedangkan
kuku dan tanduk bermakna masa depan republik binatang. Lengkaplah sudah. Para
binatang telah berkuasa atas nasibnya sendiri.
Semula, iklim demokrasi ditandai
dalam rapat penentuan kebijakan, semua binatang hadir dan berhak mengajukan
pendapat atas rencana yang sudah dipikirkan Snowball atau Napoleon. Di titik
itulah Snowball dan Napoleon kemudian diingat tak pernah sepakat. Tegasnya, ada
hal yang tak pernah selesai di antara mereka berdua. Tetapi, binatang yang lain
tak dapat memasuki wilayah tersebut. Mereka terlalu lemah dalam berpikir.
Puncaknya, ketika Snowball hendak
mendirikan kincir angin yang nantinya dapat berfungsi sebagai pembangkit tenaga
listrik. Napoleon menolaknya mentah-mentah. Baginya, itu pekerjaan sia-sia.
Dengan muak, ia mengencingi gambar pola yang dibuat Snowball. Binatang yang lain
belum paham juga maksudnya. Mereka sebatas mengira kalau pertentangan dua babi
itu hanyalah peristiwa biasa saja.
Bahkan, ketika Snowball dikejar
anjing-anjing galak peliharaan Napoleon, para binatang belum juga sadar. Hingga
Snowball menghilang dalam kehidupan mereka setelah kejadian itu, Squealer
cepat-cepat menjabarkan penjelasan kalau Snowball sesungguhnya musuh dalam
selimut. Ia babi licik yang telah membangun persekongkolan dengan Pak Jones.
Itulah mengapa ia harus lenyap. Soal kincir angin, misalnya, itu merupakan ide
Napoleon yang ia curi. Setelah Snowball lenyap, mendirikan kincir angin untuk
kemakmuran para binatang akan tetap dilanjutkan. Disebabkan lemahnya otak
berfikir, para binatang menolak melakukan protes apalagi mencoba melawan.
Meski keraguan tetap ada, tetap saja
tidak bisa dijabarkan. Boxer sendiri sulit menerima pelabelan tersebut terhadap
Snowball.
“Aku tidak percaya itu,” katanya.
“Snowball bertempur dengan gagah berani di Perang Kandang Sapi. Aku Melihatnya
sendiri. Bukankah kita memberinya “Pahlawan Binatang, Peringkat Pertama”,
langsung setelah itu.
Hanya saja, oleh Squealer, fakta itu
dipelintir menjadi sandiwara yang telah disepakati Snowball dengan Pak Jones.
Squealer mengaburkan ingatan binatang dengan menceritakan beberapa kejanggalan
di hari pertempuran itu.
“Itu kesalahan kita semua, Kamerad.
Karena kita tahu sekarang, itu semua tertulis dalam dokumen rahasia yang sudah
kita temukan, bahwa waktu itu sebenarnya ia berusaha membawa kita ke dalam
kehancuran.
Squealer tampil menjadi tameng atas
kekuasaan yang sedang dijalankan Napoleon, yang sebenarnya jalan bagi para ras
babi menguasai peternakan. Ia mengungkapkan adanya dokumen rahasia. Percuma
saja, sebab Boxer ataupun Benjamin, domba yang selama ini diam tak dapat
membaca dengan baik. Diperparah lagi dengan kaburnya ingatan tentang situasi
Perang Kandang Sapi. Setelahnya, tidak ada lagi republik binatang sesuai
semangat revolusi, yang ada republik babi. Ditegaskan calon tunggal presiden,
hanya ada Napoleon. Tangan besi Napoleon begitu kuat, yang tidak membeo bakal
dihabisi. Hal yang tidak pernah terjadi di era Pak Jones, sesama binatang
saling membunuh tak pernah terjadi. Justru, kejadian bengis itu begitu mudah
tercipta. Anjing-anjing galak menjadi algojo bagi binatang yang membangkang.
Pupuslah slogan: Semua yang berkaki empat
baik, dan semua berkaki dua jahat. Begitupun Undang-Undang Dasar Tujuh
Perintah
Persisnya, sejak Snowball dikejar
anjing-anjing pengawal Napoleon. Tidak ada yang tahu pasti jejak Snowball.
Squealer lalu menjadikannya legenda agar diingat sebagai musuh. Dikatakan kalau
Snowball yang merusak fondasi kincir angin yang telah dibangun. Disebutkan
kalau Snowball hidup di peternakan Pinchfield. Walau kemudian dibantah lagi
oleh Napoleon. Intinya, rumor menyangkut sepak terjang Snowball murni ciptaan
Napoleon dalam membangun citra agar kekuasaan yang sedang ia jalankan tidak
terpahami oleh binatang yang lain.
***
George Orwell, menggunakan fabel dalam
menarasikan teori kekuasaan. Kita memasuki praktik hegemoni dan dominasi begitu
brilian. Napoleon mengingatkan kita pada praktik kekuasaan dan pemaksaan
ideologi. Pak Jones, selaku simbol kapital memang berhasil diusir atas
kesadaran kelas kaum binatang yang menolak dipekerjakan dan memperoleh sangat
sedikit dari apa yang mereka hasilkan.
Namun, kekuasaan menyilaukan. Napoleon
enggan berbagi dengan ras binatang yang lain dan menyingkirkan Snowball yang
demokrat dan mempraktikkan asas sosialisme sesama binatang.
Mengutip Eka Kurniawan, bermula dari
kajian mendalam Frances Stonor Saunders di buku Who Paid the Piper? Membongkar keterlibatan CIA dalam kerja kebudayaan. Melalui lembaga Congress
for Cultural Freedom (CCF), bertujuan menangkis paham komunisme di kalangan
intelektual Eropa. Proyek ini terbilang berhasil dan hasilnya mencengangkan.
Gelombang komunisme dapat dibendung dengan lahirnya gerakan anti komunisme. Animal Farm juga 1984 boleh disebut sebagai hasilnya. Tak lama setelah Orwell wafat,
CIA membiayai produksi kartun novel tersebut yang diperuntukkan bagi anak-anak.
Orwell menelanjangi kekuasaan kaum
komunis dan kapitalis. Keduanya tak jauh beda. Sebab, Napoleon di kemudian hari
justru membangun jaringan dengan pengusaha peterenakan yang dikelola manusia.
Beberapa tahun kemudian, waktu
mencatat usia para pelaku utama revolusi telah menua. Boxer yang semula sakit,
dikirim berobat atas perintah Napoleon, tetapi oleh Benjamin, memendam keraguan
kalau sebenarnya Boxer dikirim menemui ajal karena yang mengangkutnya adalah
mobil van penyembelih kuda. Di
kemudian hari, Squealer marah dan meyakinkan kalau Boxer tidak
disembelih. Melainkan memang mati karena ajal. Kebenaran itu kembali diterima.
Begitulah, anak-anak revolusi
menjumpai ajal dan masa tuanya. Napoleon dan Squealer semakin gendut dan
mengenakan pakaian manusia peninggalan Pak Jones. Clover tak dapat lagi melihat
dengan jelas, begitupun dengan binatang yang lain. Hingga suatu peristiwa di malam
yang ribut, mereka ingin tahu apa yang terjadi. Mengintiplah mereka melalui
jendela dan melihat selusin petani dan setengah lusin babi terhormat dalam satu
meja. Mereka bersulang menenggak bir sambil bermain kartu. Di sana hadir Pak
Pilkington dari Foxwood.
Clover dan para binatang yang tidak
tahu harus menyimpulkan apa, hanya terkejut melihat realitas di depan mata
mereka sendiri. Sebelumnya sudah mulai bingung, karena Napoleon dan babi-babi
yang lain berjalan dengan dua kaki dan kaki lainnya memegang cemeti. Napoleon
tidak melakukan bunuh diri kelas. Justru, kawanan babi berusaha menjadi
manusia. Ras yang selama ini dibenci dan ingin disingkirikan demi jayanya
republik binatang.
Mereka baru saja hendak meninggalkan
adegan yang sulit dipahami itu sebelum kembali lagi karena mendengar teriakan.
Nampaknya, Pak Pilkington dan Napoleon bersitegang karena sama-sama memegang
kartu as sekop.
Dua belas suara berteriak-teriak
marah, dan mereka semua terlihat sama. Tidak ada pertanyaan lagi sekarang, apa
yang telah terjadi dengan wajah para babi itu. Makhluk-makhluk di luar
memandang dari babi ke manusia, dan manusia ke babi lagi: tetapi mustahil
mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya.
Demikianlah novel alegori politik ini
ditutup.
***
Makassar, 18 Maret 2015
Komentar