Giggs, Si Tua Bangka Tanpa Piala Dunia

Repro. Kamar Bawah. Sumber gambar di sini

Ada sebentuk traktat yang tak tersepakati dalam perjalanan karier seorang pesepak bola, bahwa secemerlang bagaimana pun si pemain bersama klubnya, tetap saja belum lengkap jika tidak tampil di piala dunia.

Eric Cantona, misalnya, di usia emasnya, ia menjadi nyawa bagi Manchester United. Meski sering memperkuat negaranya, Perancis. Namun, pemain berjuluk The King ini tak pernah mencicipi persaingan di pentas piala dunia. 
Masih dari klub Setan Merah, generasi emas klub ini mencatat satu nama yang yang tak pernah dijumpai di perhalatan piala dunia mana pun. Dialah Ryan Giggs, pemain kelahiran Cardiff, Britania Raya, 29 November 1973.

Ketika seangkatannya di klub, Paul Scholes dan David Beckham telah gantung sepatu, Giggs malah berjuang melawan usia. Jadilah ia pemain paling uzur di Old Trafford. Tetapi, jangan keliru, umur tua bukanlah kesialan sebagaimana pandangan Horatius, penyair Yunani dalam sajaknya yang terkenal: bahagialah mereka yang mati muda dan yang tersial umur tua. Lihatlah, bagaimana Giggs dengan keuzurannya membimbing Michael Carrick menguasai lapangan tengah untuk menyelematkan Setan Merah di peƱtas Piala Champion tahun ini.

Kekalahan 2-0 di leg pertama di markas klub Yunani, Olympiakos. Serasa lonceng kematian bagi klub yang diarsiteki David Moyes itu. Usai ditinggal Ferguson yang memilih pensiun, klub yang terbentuk di tahun 1878 ini bahkan terseok di liga domestik. Selaku juara bertahan di musim sebelumnya, pencapaian di musim ini adalah yang terburuk dalam perjalanannya.

Di beberapa laga sebelumnya, Giggs tak pernah menjadi starting, itu wajar bila mengacu pada usia. Persaingan di liga Champion sungguhlah sengit, banyak klub yang menolak memasang pemain tua. Tujuannya, tentu saja sebagai strategi memenangkan pertandingan. Atletico Madrid bisa disebut sebagai contoh terbaik di musim ini, dengan bertumpuh pada pemain muda, klub yang dilatih Dieoge Simone itu menumbangkan AC Milan yang memiliki kiprah gemilang dalam sejarah kejuaraan antar klub di benua biru.

Tetapi, di leg kedua. Giggs menunjukkan kelasnya, seolah ia adalah cocker spaniel, salah satu ras anjing dalam ungkapan Ferguson ketika pertama kali melihatanya di tahun 1960. Nyatanya memang, Ia masih gesit berlari layaknya mengejar kertas yang berterbangan, ada di setiap sudut lapangan untuk menunjukkan kalau dirinya belum selesai dimakan usia. Hasilnya, umpan panjangnya berakhir pelanggaran kepada Van Persie yang kemudian dibayar dengan kompensasi penalti.

Giggs tak sungguh mengembalikan emosi jiwa mudanya, ia mundur pada eksekusi bola mati yang selama ini menjadi pula keahliannya. Sebagai mentor, ia bersiap menanti taktik yang dijalankan Rooney dan Van Persie yang berbuah gol ketiga.

Jika Roger Milla, legendaris asal Kamerun menjadi pemain tertua di piala dunia 1994 Amerika Serikat di usianya ke 42 tahun, itu merupakan prestasi tersendiri. Kini, Giggs pun sudah berkepala empat. Di usia senjanya itu, impian tampil di gelaran piala dunia sepertinya sudah tertutup. Wales, negaranya yang merupakan bagian dari Britania Raya tak pernah lolos sejak tahun 1962. Terakhir, negara ini menempati posisi keempat di piala dunia tahun 1958.

Dalam menjalani karier di sepak bola, perlu ada pembuktian sebelum mengalami penegasian karena usia atau cedera. Namun, siapakah yang bakal terus berjudi menjalani narasi yang menolak berjalan di tempat. Olahraga secara umum, merupakan kumpulan kegesitan. Dan, Giggs mestilah mengakui itu. Pembuktian tak selalu harus berakhir dengan menerima tepuk tangan dalam pesta.

Tampil di piala dunia, bukan sekadar meloloskan timnas di kualifikasi, tetapi juga nasib dan perjudian seorang pelatih. Itulah yang dialami striker haus gol dari Inggris, Andrew Cole yang tak diajak ke piala dunia tahun 1998 di Perancis

Walau begitu, mereka, utamanya yang menjadi percik di jejak kariernya dalam sepak bola, adalah orang yang telah membangun tugu penghormatan bagi dirinya sendiri. Selalu dikenang sebagai bentuk pencapaian tersendiri. Ryan Giggs, Eric Cantona, George Best, Dimitar Barbatov, dan tentu saja Andrew Cole.

Anehnya, lima pemain yang saya sebutkan di atas, semuanya pernah bermain di Manchester United. Apakah ini bagian mitos bagi Giggs? Sepertinya tidak. Sebab, masih ada pemain hebat di zamannya yang tak pernah tampil di piala dunia. Tersebutlah George Weah dari Liberia yang bermain untuk AC Milan dan Paolo di Canio dari Italia yang pernah merumput bersama West Ham United.

_





Komentar

Postingan Populer