Perginya Lelaki Catenaccio

Mengenang Cesare Maldini
Repro. Kamar Bawah. Sumber gambar di sini

SEPAKBOLA Italia dikenal luas sebagai penghasil pemain bertahan brilian ketimbang seorang striker. Di ajang penghargaan Ballon d’Or, hanya Italia yang menempatkan wakilnya seorang bek, Fabio Cannavaro, yang meraihnya di tahun 2006.

Saking gesitnya Italia menelurkan pemain belakang berkualitas. Hingga kini, sejak Dino Zoff di dekade 1960 hingga awal 1980 an, Italia tak pernah kehabisan kiper mumpuni. Sejalan dengan itu, bek tangguh terus berdatangan menggantikan yang tua.

Tapak ini bisa dimulai dari Cesare Maldini yang aktif di pertengahan tahun 1950 hingga 1960 an. Berposisi sebagai libero (sweeper), Maldini menjalankan dengan baik tugasnya sebagai penyapu serangan lawan. Strategi sepakbola di era itu memang masih menganggap bek sebagai elan vital tim.

Karier Maldini di timnas Italia memanglah tidak mentereng. Dari tahun 1962 hingga 1968, ia hanya bermain sebanyak 35 kali dengan sebiji gol. Ikut dalam skuat Gli Azzuri di Piala Dunia 1962 di Chili. Namun, Italia kandas di babak penyisihan.

AC Milan, klub yang membesarkan namanya, Maldini memiliki peran penting membawa Rossoneri merebut Scudeto pada musim 1954-1955, 1956-1957, 1958-1959, dan 1961-1962. Kemudian di musim 1962-1963, Maldini mengantar AC Milan merebut titiel klub terbaik di Eropa untuk kali pertama dengan menggondol Piala European Cup (sekarang Liga Chmpions Eropa). Dimulai dari eranyalah sehingga AC Milan menjadi klub yang diperhitungkan di benua biru.

Catenaccio, dalam bahasa Italia berarti kunci. Strategi bermain dengan menekankan pentingnya pertahanan mengambil kunci permainan mulai dikenal luas di Eropa setelah Helenio Herrera, pelatih asal Argentina, menerapkannya di Intenazionale Milan di tahun 1960 hingga 1974.

Herera sendiri bukanlah orang pertama yang mengenalkan sistem yang sangat dibenci oleh tim yang mengusung sepakbola Total Football. Karl Rappan, di tahun 1930 an telah mengadopsi verrou, secara harfiah, bermakna gembok. Metode ini sendiri lahir untuk menjawab strategi yang dikembangkan jenius taktik asal Inggris, Herbert Chapman di akhir 1920 an.

Mengingat taktik Chapman menekankan pada aksi individual dan penguasaan bola secara kolektif dan sistem offside yang berlaku manakala penyerang hanya berhadapan dengan satu bek. Jadi, jika bek lengah menghadapi penyerang berteknik tinggi dan kelimpungan membaca arah bola dari kaki ke kaki. Di celah itulah Rappan merumuskan metodenya. Perlunya seorang bek berdiri bebas sebagai pemantau dua bek di depannya. Begitu ada bola terlepas, langsung saja disapu agar menghilang dari area pertahanan. Selesai.

Sistem warisan Rappan ini masuk di Italia di dekade 1940 an. Diperkenalkan oleh Giuseppe Viani saat menukani Salernitana. Nereo Rocco lalu mengadopsinya di klub Triestina. Era keemasannya berlanjut di AC Milan di tahun 1950 an yang memuncak setelah meraih trofi kejuaraan antar klub di Eropa. Dengan strategi ini pula, AC Milan mencatatkan diri peraih Scudeto empat musim beruntun.

Di bawah asuhan Rocco, Maldini berada di tempat terhormatnya. Orang terakhir yang berdiri di depan kiper. Seolah ia berdiri di atas mercusuar mengamati pergerakan lawan dan mengintai arahnya bola. Pemain di posisi ini tak perlu teknik tinggi. Yang dibutuhkan kekuatan fisik beradu dengan penyerang. Tendangan keras, tentunya. Dan, terpenting. Memiliki intelegensi menganalisis pola bermain lawan.

Maldini, meski bukan lelaki generasi awal di timnas Italia yang membumikan strategi catenaccio sebagai kekuatan. Tetapi, ia punya sentuhan awal di skuat Italia yang berlaga di Piala Dunia tahun 2006 di Jerman. Kapten tim, Cannavaro, kiper flamboyant yang menepis sundulan Zidane, Buffon, dan pengatur serangan, Totti. Merupakan anak didiknya sejak dipercaya mengarsiteki timnas Italia U 21 pada 1986. Karier kepelatihannya di timnas senior Italia sedikit meredup. Ia hanya bisa mengantar Italia di perempat final Piala Dunia 1998 di Perancis.

Secara biologis, ia juga mewariskan anak lelakinya, Paolo Maldini, bek kiri terbaik yang pernah dimiliki Italia dan bermain di satu klub di sepanjang kariernya. Hanya di AC Milan dari tahun 1978 hingga 2009 (Dihitung dari rentang perjalanan sebagai pemain junior). Cesare Maldini yang lahir pada 5 Februai 1932 seorang lelaki penerap dan penganjur catenaccio itu telah pergi di peralihan tanggal 2, Sabtu ke Minggu, 3 April di usia 84 tahun.

Bukan hanya Italia yang kehilangan, tetapi pecinta bola dan dunia sepakbola itu sendiri, bahwa kepergian Cesare Maldini adalah gugurnya satu generasi cattenacio yang tak dapat ditolak. 
_


*Ditulis untuk mengenang Cesare Maldini

Pernah dimuat di gotimes.id edisi 4 April 2016



Komentar

Postingan Populer