Langsung ke konten utama

Postingan

Unggulan

Badaruddin Amir yang Terus Membacakan Cerpennya

Siang itu, setelah lima tahun sebelumnya, baru lagi bersua dengan Badaruddin Amir. Sebuah peci bundar bertengger di kepalanya, di tangan kirinya tergenggam sebuah buku bersampul kuning. Ia berjalan pelan keluar dari pintu, tadinya ingin duduk di emperan, sebelum sebuah kursi saya geser arahnya supaya ia bisa duduk dan kami saling berhadapan.   Melalui postingannya di Facebook, saya tahu ia tengah sakit dan sedang berobat jalan. Begitu menanyakan perkembangan pengobatannya, segera saja ia bercerita latar peristiwa mengapa ia bisa dirawat di rumah sakit dan segala hal berkaitan dengannya.    Ia terus bercerita seolah ia sedang membacakan cerpennya. Suatu peristiwa lima tahun lalu ketika kami mengikuti Festival Literasi Indonesia (FLI) di Makassar. Waktu itu, kami bertiga sekamar, seorang teman dari Gowa bernama Gilang juga turut serta dan menolak memilih kamar yang lain. Jadilah, saban pagi selama tiga hari, saya dan Gilang akan menyimaknya membaca cerpen di beranda kamar.   Pak Badar, k

Postingan Terbaru

Menengok Kembali Pergulatan Persatuan Sepak Bola Indonesia

Kampung Raja’a: Dua Jalur Tambang Marmer di Pegunungan Tondong Tallasa