Ketika Ibracadabra Tak Lagi Ampuh



Sungguh sebuah pertarungan yang tak semestinya, tetapi itulah yang terjadi. Swedia bersua Portugal di play off guna merengkuh tiket di piala dunia Brasil 2014. Hasil dari perjudian itu, hanya satu, salah satu bintang harus melupakan gelaran terakbar sepak bola empat tahunan itu.

Meringislah Ibrahimovic yang bersinar bersama klubnya, Paris Saint Germain (PSG) di liga Perancis. Dan, disematkanlah pemain terbaik di pundak Cristiano Ronaldo untuk kali kedua. Itulah kenyataannya, mata pecinta bola di seluruh dunia tidak akan melihat aksi pemain jangkung yang pernah memperdayai Joe Hart melalui tendangan akrobatiknya kala Swedia menjalani laga uji coba melawan Inggris di Stadion Friend, Solna, 13 November 2012.

Bagi Ibrahimmovic sendiri, tampil di piala dunia Brasil, boleh jadi pembuktian terakhirnya sebelum gantung sepatu. Maklum, usianya sudah 32 tahun, yang artinya, empat tahun mendatang, ia sudah 37 tahun. Memang masih menjadi jaminan bila ia mampu mempertahankan kekonsistenannya dalam bermain. Tentulah tidak menutup kemungkinan, ia akan menjadi tumpuan Swedia di perhelatan piala dunia selanjutnya.

Apalagi, di gelaran piala Champion musim ini, PSG, satu-satunya wakil Perancis yang menembus perempat final. Keberhasilan klub yang ditukangi eks punggawa Perancis, Laurent Blanc, tentulah tak lepas dari sosok Ibrahimovic. Torehan 7 golnya adalah bukti kalau mantranya masih sakti.

Secara statistik, ia satu-satunya pemain yang mampu mengemas gol di Piala Champions dari enam klub yang berbeda. Dan, di setiap klub yang dibelanya selalu terlibat dalam perebutan gelar di liga domestik. Sebuah prestasi tersendiri bagi seorang pemain. Tak keliru memang jika ia dijuluki Ibracadabra, seolah ada mantra yang dihembuskan untuk mendekap kemenangan.

Setelah gagal melangkah ke piala dunia, konsentrasi eks pemain Malmo FF, Ajax Amsterdam, Juventus, Inter Milan, Barcelona, dan AC Milan ini adalah, mempertahankan gelar Leuge 1 Perancis dan merebut tropi piala Champion untuk kali pertama bagi klub dan dirinya sendiri. 

Semua bermula ketika Swedia hanya mampu bertengger selaku runner-up Grup C kualifikasi piala dunia zona Eropa. Di hasil undian, tim berjuluk The Viking's,Blagult ini berjumpa dengan runner-up grup F, Portugal. Dimulailah adu taktik dan strategi pada leg pertama di markas Portugal pada 16 November 2013 yang dimenangi tuan rumah atas gol yang dilesakkan CR7, julukan Cristiano Ronaldo.

Asa bagi Swedia belum terkubur, di leg kedua di kandang mereka akan menjadi arena 
pembuktian siapa yang pantas berlaga di piala dunia Brasil. Namun, CR7 menunjukkan taji 
dengan mengemas trigol di laga kedua itu. Meskipun Ibracadabra melesakkan pula dua gol, tetapi, tetap saja mantranya tak bisa membawa Swedia merengkuh tiket. Sebab, Portugal 
memenangkan semua pertandiangan dengan agregat 4-2.

Kecewakah Ibracadabra? Rasa itu tentu saja ada, dengan sedikit megak, peraih FIFA Puskas Award 2013 atau gol terbaik ini, mengatakan kalau alpanya di piala dunia kali ini adalah omong kosong. Piala dunia kehilangan roh. Benarkah demikian? Bagi penggemar fanatiknya, itu boleh-boleh saja. Tetapi, piala dunia sebentar lagi akan digelar. Dan, Ibracadabra tidak ada di sana.

Walau begitu, tidak ada yang meragukan kalau pemain kelahiran Malmo, Swedia, 3 Oktober 1981 ini adalah salah satu pemain top dunia yang pernah dilahirkan. Hanya, mantranya kali ini belum ampuh membawa negaranya tampil di pentas dunia.

***
Pangkep-Makassar, 22 Maret 2014




Komentar

Postingan Populer