Hari Alpa Gie
“Saya
membaca buku ini setelah 30 tahun Soe Hok Gie wafat”
(Status di akun Facebook
pada 13 Desember 2011)
***
Agak susah memberi judul yang pas dan kira-kira pantas untuk resensi (jika bisa
dikatakan demikian) atas buku Catatan Seorang Demonstran. Saya pikir, buku ini
sudah dalam cetakan kesembilan dan dilengkapi catatan pengantar tambahan dari
Riri Riza dan Mira Lesmana. Selain itu, juga dibubuhi ulasan 18 pers ketika
awal mula terbit.
Berdasarkan
sejarahnya, buku ini pernah menjadi “kitab suci” bagi pemuda, mahasiswa, bahkan
pemikir sekaligus. Hal ini bukanlah sesuatu yang berlebihan. Saya memakai
ukuran berdasarkan sejarah penerbitannya dan menghindari ukuran pengulangan
cetaknya.
Pengantar
panjang Daniel Dhakidae serasa menjawab pertanyaan saya. Sebelum catatan harian
Soe Hok Gie diterbitkan LP3S. Catatan harian ini telah tersebar ke sejumlah
tangan sahabat dan pengagumnya. Usaha ini merupakan kerja kerabat Gie di tahun
1972 yang mencoba menerbitkannya secara coba-coba. Daniel Dhakidae sendiri
sempat memiliki hasil foto kopian
tersebut yang dianggapnya sudah agak berbeda dengan hasil terbitan LP3S pada
cetakan pertamanya pada tahun 1979.
Secara
pribadi memang, Soe Hok Gie tidak memiliki niat untuk menerbitkan catatan
hariannya ini. Sifatnya sangatlah pribadi, terbukti ada beberapa sensor terkait
penyebutan nama yang dianggap tidak etis untuk ditampilkan di ranah publik oleh
tim penyusun buku catatan ini. Hal itu saya kira sangatlah wajar. Kita bisa
memahami semangat kerabatnya yang tergabung dalam Yayasan Mandalawangi yang
berniat melanjutkan cita-cita almahrum. Salah satu usahanya dengan menerbitkan
kembali catatan harian Soe Hok Gie.
Saya
sendiri tak langsung mengunyah isi catatan harian yang merupakan roh dari
penerbitan buku ini. Mula-mula saya menuntaskan seluruh kata pengantar yang
ada, lalu beralih menelaah ulasan 18 Pers yang terdapat di bagian belakang buku
ini. Ulasan Salim Said di Tempo (Cara Melontarkan Pikiran, 6 Agustus 1983)
menuliskan seperti ini:
.....dari
catatan harian Soe Hok Gie itu hampir sulit menemukan orang baik, kecuali
dirinya sendiri...(Hal. 360)
Pembacaan
Salim Said bagi saya mengandung kebenaran jika niat dasar penerbitan catatan
harian ini hendak ditempatkan sebagai bentuk kesaksian atas kondisi Indonesia
secara keseluruhan. Betapa tidak. Kalimat-kalimat Soe Hok Gie yang sering di
kutip semisal:
....Guru bukan dewa dan selalu
benar. Dan murid bukan kerbau. (Hal. 65)
Catatan
ini ditulis ketika Gie berusia 16 tahun. Usia yang tergolong remaja, tetapi ia
sudah begitu tekun menuliskan kesaksiannya. Lengkapnya catatan ini agak
panjang. Ia protes kepada gurunya yang bernama Pak Effendy. Guru sastra di
sekolahnya. Mereka pun berdebat soal karangan. Gie menganggap kalau gurunya itu
tak mengerti soal karangan.
Setahun
kemudian, diusianya yang ke 17, ia menuliskan catatan hariannya bertanggal 10
Desember 1958. Lengkapnya catatan harian ini juga panjang, tetapi yang gemar
dikutip ialah bagian akhirnya saja. Dengan berani ia menulis:
......mereka generasi tua: Soekarno,
Ali Iskak, Lie Kiat Teng, Ong Eng Die, semuanya pemimpin-pemimpin yang harus di
tembak di lapangan Banteng..... (Hal. 70)
Catatan
ini lahir akibat perjumpaan Gie dengan soerang warga yang memakan kulit mangga
karena kelaparan. Ia kemudian mendermakan uangnya saat itu Rp. 250.- (Sisa uang
cadangannya tinggal Rp. 15,-. Jumlah ini mungkin cukup untuk membeli makanan
kala itu, dan bertahan beberapa hari.
Sebenarnya
apa arti penting sebuah catatan harian, atau kekuatan apa yang ada di dalamnya.
Hingga Catatan Seorang Demonstran ini begitu melegenda. Saya coba menjawabnya
bedasarkan nafas dari catatan pengantar dari Danhiel Dakidhae. Soe Hok Gie
adalah salah satu tokoh pada zamannya.
Ia begitu berarti dan disejajarkan
dengan Achmad Wahib, yang catatan hariannya diterbitkan setelah ia tewas
tertabrak motor ketika usianya baru 27 tahun. Mati muda sebagaimana Gie.
‘Pergolakan Pemikiran Islam’ adalah judul buku catatan itu.
Menurut
Dhakidae, catatan harian Gie beda dengan catatan harian seorang Anne Frank.
Gadis Yahudi yang lolos dari kematian Kamp pengungsian Nazi. Bagi Anne Frank,
catatan hariannya adalah dirinya sendiri, sedangkan Gie tidak dalam posisi itu.
Mungkin karena situasi berbeda yang dialaminya. Anne Frank terkurung dan tak
dapat bertindak dalam memperjuangkan jalan hidupnya. Sedangkan Gie merupakan
aktor perubahan, menentang ketidakadilan melalui tindakan dan catatan. Namun,
sejauh ini catatan harian paling berpengaruh dalam skala nasional, mungkin cuma
‘Catatan Seorang Demonstran dan Pergoloakan Pemikiran Islam’ saja
Sebagaimana
paragraf pertama, saya agak susah menetapkan sebuah topik untuk menelaah
catatan harian ini, maka saya juga mengalami sedikit kerisauan untuk menelaah
konteks pada setiap catatan harian yang lahir. Karena ini murni catatan harian,
ada hari, tanggal, bulan dan tahunnya. Alasan berikutnya, saya tidak memiliki
sandaran data dari buku lain terkait periode 65. Di mana Gie sudah menjadi
seorang tokoh mahasiswa yang disegani. Selain itu, saya anggap kata pengantar dan
ulasan 18 Pers yang menyertai cetakan ke sembilan CSD ini sudah pantas menjadi
pengantar dalam memasuki hari-hari seorang Gie. Ditambah lagi ulasan penulis
hebat segenerasinya maupun generasi sesudahnya. Sudah cukup untuk menjelaskan
perihal sepak terjang, kehidupan, dan pemikirannya seorang Soe Hok Gie.
***
Pada
awalnya ketika melihat nama Arief Budiman. Bayangan saya, ia bakal memberikan
ulasan heroik tentang adiknya itu. Malah menulis seperti ini:
Ada dua hal yang membuat saya sulit
untuk menulis tentang almahrum adik saya, Soe Hok Gie. Pertama, karena terlalu
banyak yang mau saya katakan, sehingga saya pasti akan merasa kecewa kalau saya
menulis tentang dia pada pengantar buku ini. Kedua, karena bagaimanapun juga,
saya tidak akan dapat menceritakan tentang diri adik saya secara obyektif. Saya
selalu terlibat dalam hidupnya. (Hal.xxi)
Ya,
Gie telah selesai dan menjelaskan dirinya sendiri lewat catatan hariannya
sendiri sebagai bentuk tulisan yang paling jujur. Meskipun kemudian buku
Catatahn Seorang Demonstran ini lahir lewat sebuah penerbitan yang jelas ada
editor yang sulit dikatakan sebagai posisi yang netral. Terlepas dari itu
semua, seperti yang dikatakan oleh Salim Said dalam ulasannya:
......Ibaratnya membuat film, yang
dilakukan Soe Hok Gie lewat catatan hariannya barulah mengumpulkan shot-shot
sebanyak mungkin. (Hal. 360)
Olehnya
kemudian, saya memilih sebuah sudut yang mungkin belum pernah dilakukan oleh
pembaca Gie sebelumnya. Kalaupun pernah ada, maka sebuah ide memang takkan
pernah berjauhan. Saya menyebutnya sebagai indeks atas CSD ini:
Indeks
ini saya mulai pada bagian II, karena pada bagian I merupakan pengantar panjang
Dhaniel Dhakidae.
Tabel 1: Bagian II: Masa Kecil
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Tidak dituliskan
|
4
|
Maret
|
1957
|
7 catatan pada 1957
|
Kamis
|
24
|
Oktober
|
||
Senin
|
28
|
|||
Minggu
|
10
|
November
|
||
Selasa
|
12
|
|||
Kamis
|
12
|
Desember
|
||
Rabu
|
18
|
|||
Senin
|
6
|
Januari
|
1958
|
14 Catatan pada 1958
|
Kamis
|
16
|
|||
Jumat
|
17
|
|||
Minggu
|
26
|
|||
Minggu
|
26
|
|||
Selasa
|
4
|
Februari
|
||
Sabtu
|
8
|
|||
Jumat
|
14
|
|||
Minggu
|
9
|
Maret
|
||
Mingu
|
16
|
|||
Senin
|
16
|
|||
Senin
|
24
|
|||
Minggu
|
30
|
|||
Rabu
|
16
|
Juli
|
||
Catatan:
Pada bagian ke II ini, catatan dimulai pada 4 Maret 1957. Jadi, dua bulan sebelumnya tidak ada . Lalu catatan melompat ke 24 Oktober
1957. Alpa selama 6 bulan. Pada 1958
terdapat catatan dengan hari, tanggal, dan bulan yang sama (Minggu, 26
Januari 1958). Tetapi isi catatan berbeda.
|
Tabel 2: Bagian III: Di Ambang
Remaja
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Kamis
|
10
|
Desember
|
1959
|
2 catatan pada 1959
|
Sabtu
|
12
|
|||
Jumat
|
27
|
Mei
|
1960
|
10 catatan pada 1960
|
Minggu
|
12
|
Juni
|
||
Sabtu
|
18
|
|||
Senin
|
20
|
|||
Minggu
|
10
|
Juli
|
||
Jumat
|
24
|
|||
Sabtu
|
9
|
Agustus
|
||
Sabtu
|
13
|
|||
Sabtu
|
27
|
|||
Sabtu
|
3
|
September
|
||
Sabtu
|
5
|
Agustus
|
1961
|
Catatan 1961 pada bagian ke III ini hanya ada 2 catatan, berikutnya berlanjut pada
bagian ke IV
|
Minggu
|
6
|
|||
Catatan :
Bisa dilihat kurangnya frekuensi
catatan dari beberapa bulan, pada tahun 1959 hanya ada dua dalam satu
bulan. Artinya, mulai Januari hingga November, Gie tidak menuliskan catatan hariannya. 1960, hanya mengisi 5 bulan. Itu
pun dimulai pada bulan Mei, sebelumnya alpa empat
bulan. Lalu tidak mengisi bulan Oktober sampai Desember.
Hal itu diakui Gie sendiri melalui catatan
bertanggal 5 Agustus 1961. Ia menuliskan:
Hampir setahun aku tak menulis.
Aku malas atau memang sibuk. Aku pun sebenarnya malas..... (Hal. 83)
|
Bersambung ke bagian kedua, silakan
baca di sini
Tabel 3: Bagian IV: Lahirnya Seorang
Aktivis
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Jumat
|
20
|
Oktober
|
1961
|
Total catatan di tahun1961 cuma ada 4 yang dimulai pada Agustus, Oktober, dan
Desemeber. Jadi, Januari hingga Juli tidak ada catatan, begitupun dengan
September
|
Minggu
|
10
|
|||
Sabtu
|
16
|
Desember
|
||
Minggu
|
17
|
|||
Senin
|
1
|
Januari
|
1962
|
Hanya September yang tidak ada catatan pada tahun 1962. Total catatan berjumlah 16
|
Jumat
|
5
|
|||
Senin
|
15
|
|||
Senin
|
22
|
|||
Sabtu
|
27
|
|||
Kamis
|
8
|
Februari
|
||
Jumat
|
30
|
Maret
|
||
Kamis
|
12
|
April
|
||
Jumat
|
20
|
|||
Selasa
|
21
|
Mei
|
||
Selasa
|
12
|
Juni
|
||
Senin
|
2
|
Juli
|
||
Minggu
|
22
|
|||
Minggu
|
12
|
Agustus
|
||
Kamis
|
4
|
Oktober
|
||
Senin
|
31
|
Desember
|
||
Senin
|
14
|
Januari
|
1963
|
Di tahun 1963 hanya diisi satu catatan
pada Januari dan dua catatan pada Februari
|
Selasa
|
19
|
Februari
|
||
Minggu
|
24
|
|||
Kamis
|
28
|
1964
|
Pada tahun
1964 hanya
mengisi satu di Februari dan dua pada Maret.
|
|
Sabtu
|
16
|
Maret
|
||
Jumat
|
20
|
|||
Cactatan:
Pada bagian IV ini memperlihatkan catatan (Senin,
1 Januari 1962) yang saya kira jawaban untuk catatan (Kamis, 10 Desember 1959). Di sini Soe Hok
Gie menulis:
.....Seperti Soekarno, ia hanya
perlu sebelum merdeka sebab ia hanya seorang agitator bukan perancang. Tetapi ia tetap mau sebagai pemimpin rakyat dan lihatlah akibatnya. Memang
hidup ini sangat tragis dan kejam. Dan seoramg pahlawan adalah seorang yang
mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk
revolusi....’ (Hal. 93)
Jadi, dalam pandangan Soe Hok Gie,
memposisikan Soekarno sebagai pembuka jalan saja untuk kelansungan perjalanan
negara Indonesia. Tugas Soekarno sudah cukup sebagai pengusir penjajah.
Itulah makanya ia sangat mengecam Soekarno dalam catatannya pada 1959. (Lihat tabel II)
|
Tabel 4: Bagian V: Catatan Seorang
Demonstran
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Jumat
|
7
|
Januari
|
1966
|
Format penulisan bab V ini berbeda dengan bab
sebelumnya. Catatan ini bisa dikatakan sekali tulis saja bertarik 25 Januari
1966. Adapun pengkategorian hari, dan tanggal pada tabel ini hanya untuk
memberikan pemilahan saja. Karena terdapat beberapa penulisan hari dan
tanggalnya.
|
Senin
|
10
|
|||
Selasa
|
Tidak disebutkan
|
Tidak disebutkan
|
||
Kamis
|
Tidak disebutkan
|
Tidak disebutkan
|
||
Jumat
|
Tidak disebutkan
|
Tidak disebutkan
|
||
Sabtu
|
Tidak disebutkan
|
Tidak disebutkan
|
||
Kamis
|
20
|
Tidak disebutkan
|
||
Catatan:
Nampaknya Soe Hok Gie tidak menuliskan catatan
hariannya selama setahun penuh. Yakni pada tahun 1965, hal ini bisa dilihat dari
pemilahan catatan dari Bab IV ke Bab V. (Perhatikan tabel 3 dan 4)
|
Tabel 5: Bagian VI: Perjalanan ke
Amerika
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Sabtu
|
24
|
Februari
|
1968
|
Bab ini tergolong lengkap dengan menulis catatan setiap hari. Itu terjadi pada November dan Desember. Sehingga
dari Februari hingga Desember, Soe Hok Gie menuliskan sebanyak
114 catatan.
|
Minggu
|
25
|
|||
Rabu
|
6
|
Maret
|
||
Sabtu
|
9
|
|||
Minggu
|
10
|
|||
Senin
|
11
|
|||
Selasa
|
19
|
|||
Selasa
|
26
|
|||
Kamis
|
28
|
|||
Senin
|
29
|
Juli
|
||
Selasa
|
30
|
|||
Rabu
|
31
|
|||
Kamis
|
1
|
Agustus
|
||
Sabtu
|
3
|
|||
Minggu
|
4
|
|||
Selasa
|
6
|
|||
Rabu
|
7
|
|||
Kamis
|
8
|
|||
Sabtu
|
10
|
|||
Minggu
|
11
|
|||
Senin
|
12
|
|||
Selasa
|
13
|
|||
Rabu
|
14
|
|||
Jumat
|
16
|
|||
Sabtu
|
17
|
|||
Senin
|
19
|
|||
Selasa
|
20
|
|||
Rabu
|
21
|
|||
Kamis
|
22
|
|||
Jumat
|
23
|
|||
Senin
|
26
|
|||
Selasa
|
27
|
|||
Rabu
|
28
|
|||
Kamis
|
29
|
|||
Jumat
|
11
|
Oktober
|
||
Jumat
|
11
|
|||
Sabtu
|
12
|
|||
Minggu
|
13
|
|||
Senin
|
14
|
|||
Selasa
|
15
|
|||
Rabu
|
16
|
|||
Kamis
|
17
|
|||
Jumat
|
18
|
|||
Sabtu
|
19
|
|||
Minggu
|
20
|
|||
Senin
|
21
|
|||
Selasa
|
22
|
|||
Rabu
|
23
|
|||
Kamis
|
24
|
|||
Jumat
|
25
|
|||
Sabtu
|
26
|
|||
Sabtu
|
26
|
|||
Minggu
|
27
|
|||
Senin
|
28
|
|||
Selasa
|
29
|
|||
Rabu
|
30
|
|||
Kamis
|
31
|
|||
Kamis
|
31
|
|||
Jumat
|
1
|
November
|
||
Sabtu
|
2
|
|||
Minggu
|
3
|
|||
Senin
|
4
|
|||
Selasa
|
5
|
|||
Rabu
|
6
|
|||
Kamis
|
7
|
|||
Jumat
|
8
|
|||
Sabtu
|
9
|
|||
Minggu
|
10
|
|||
Senin
|
11
|
|||
Selasa
|
12
|
|||
Rabu
|
13
|
|||
Kamis
|
14
|
|||
Jumat
|
15
|
|||
Sabtu
|
16
|
|||
Minggu
|
17
|
|||
Senin
|
18
|
|||
Selasa
|
19
|
|||
Rabu
|
20
|
|||
Kamis
|
21
|
|||
Jumat
|
22
|
|||
Sabtu
|
23
|
|||
Minggu
|
24
|
|||
Senin
|
25
|
|||
Selasa
|
26
|
|||
Rabu
|
27
|
|||
Kamis
|
28
|
|||
Jumat
|
29
|
|||
Sabtu
|
30
|
|||
Minggu
|
1
|
Desember
|
||
Senin
|
2
|
|||
Selasa
|
3
|
|||
Rabu
|
4
|
|||
Kamis
|
5
|
|||
Jumat
|
6
|
|||
Sabtu
|
7
|
|||
Minggu
|
8
|
|||
Senin
|
9
|
|||
Selasa
|
10
|
|||
Rabu
|
11
|
|||
Kamis
|
12
|
|||
Jumat
|
13
|
|||
Sabtu
|
14
|
|||
Selasa
|
17
|
|||
Rabu
|
18
|
|||
Kamis
|
19
|
|||
Jumat
|
20
|
|||
Sabtu
|
21
|
|||
Minggu
|
22
|
|||
Senin
|
23
|
|||
Selasa
|
24
|
|||
Rabu
|
25
|
|||
Kamis
|
26
|
|||
Jumat
|
27
|
|||
Sabtu
|
28
|
|||
Minggu
|
29
|
|||
Catatan:
Sok Hok Gie alpa lagi selama
setahun, karena tidak ada catatan harian pada tahun 1967. (Perhatikan peralihan tahun pada tabel 5 dan 6). Pada 17 agustus 1968, Soe Hok Gie mendengar kabar
kematian kakak salah satu rekannya yang bernama Koy. Dengan sangat ironi, ia
menulis:
....saya kira
saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat air
mata saya keluar’. (hal. 170)
Salah satu kalimat yang sering dikutip ditulis
pada 20 Agustus 1968 yang berbunyi:
....di indonesia hanya ada dua pilihan. Menjadi idealis
atau apatis. Saya sudah lama memutuskan bahwa saya harus menjadi idealis,
sampai batas-batas sejauh-jauhnya..... (hal. 171)
Soe Hok Gie menuliskan dua kali catatannya pada
Jumat 11 Oktober 1968. Hal ini merupakan perjalanannya dari Honolulu ke
Fransisco, Amerika Serikat
Catatan 24 Oktober 1968. Soe Hok Gie menuliskan mimpinya:
.....Semalam saya mimpi tentang Indonesia. Seolah-olah
saya pulang kembali dan kemudian menjalankan kebiasaan saya sehari-hari di
sana. Pulang jam 12.00 malam, tunggu bis kota, aktif soal-soal politik dan
lain-lain.
Soe Hok Gie kembali menuliskan catatannya dua
kali dalam sehari (Sabtu, 26 Oktober 1968). Keterangan ini menjelaskan kalau
dalam sehari ia hanya menulis surat dan artikel.
Kembali dalam sehari menuliskan dua catatan
harian (Kamis, 31 Oktober 1968). Catatan ini menerangkan sebelum berangkat ke
sebuah sekolah dasar Liberty. Soe Hok Gie menulis catatannya
dan sesampai di sekolah tersebut ia kemudian menulis lagi.
Rupanya sepak terjang Soebandrio dan Soekarno
mendapat perhatian di Amerika. Pada catatan Jumat 13 Desember 1968. Soe Hok Gie berbincang dengan salah satu Dosen dari
Kenya yang mengajar di AS. Sang dosen mengungkapkan kalau Sokarno harus
diadili dan bukan Soebandrio.
Di hari ulang tahunnya ke 26. Soe Hok Gie
mendapat kiriman ucapan selamat dari kawan-kawannya di Indonesia
|
Tabel 6: Bagian VII: Politik, Pesta
dan Cinta
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Selasa
|
1
|
April
|
1969
|
Soe Hok Gie berusaha mempertahankan
kekonsistenannya dalam menuliskan kesaksian hidupnya. Terbukti, catatan harian pada Mei dan Juli (Pemetaan catatan bulan Juli
berlanjut pada Bab VII) lengkap dan bulan Juni kurang sehari. Total catatan di 1969 pada Bab ini sebanyak 94.
|
Jumat
|
4
|
|||
Sabtu-Minggu
|
5-6
|
|||
Selasa
|
8
|
|||
Rabu
|
9
|
|||
Jumat
|
11
|
|||
Sabtu-Minggu
|
12-13
|
|||
Senin
|
14
|
|||
Selasa
|
15
|
|||
Rabu
|
16
|
|||
Kamis
|
17
|
|||
Jumat
|
18
|
|||
Sabtu
|
19
|
|||
Minggu
|
20
|
|||
Senin
|
21
|
|||
Selasa
|
22
|
|||
Rabu
|
23
|
|||
Kamis
|
24
|
|||
Jumat
|
25
|
|||
Sabtu
|
26
|
|||
Minggu
|
27
|
|||
Senin
|
28
|
|||
Selasa
|
29
|
|||
Rabu
|
30
|
|||
Kamis
|
1
|
Mei
|
||
Jumat
|
2
|
|||
Sabtu
|
3
|
|||
Minggu
|
4
|
|||
Senin
|
5
|
|||
Selasa
|
6
|
|||
Rabu
|
7
|
|||
Kamis
|
8
|
|||
Jumat
|
9
|
|||
Sabtu
|
10
|
|||
Minggu
|
11
|
|||
Senin
|
12
|
|||
Rabu
|
13
|
|||
Kamis
|
15
|
|||
Jumat
|
16
|
|||
Sabtu
|
17
|
|||
Minggu
|
18
|
|||
Senin
|
19
|
|||
Selasa
|
20
|
|||
Rabu
|
21
|
|||
Kamis
|
22
|
|||
Jumat
|
23
|
|||
Sabtu
|
24
|
|||
Minggu
|
25
|
|||
Senin
|
26
|
|||
Selasa
|
27
|
|||
Rabu
|
28
|
|||
Kamis
|
29
|
|||
Jumat
|
30
|
|||
-
|
30-31/1-2
|
Mei-Juni
|
||
Senin
|
2
|
Juni
|
||
Selasa
|
3
|
|||
Kamis
|
5
|
|||
Jumat
|
6
|
|||
Sabtu
|
7
|
|||
Senin
|
9
|
|||
Selasa
|
10
|
|||
Rabu
|
11
|
|||
Kamis
|
12
|
|||
Jumat
|
13
|
Agustus
|
||
Sabtu
|
14
|
Juni
|
||
Minggu
|
15
|
|||
Senin
|
16
|
|||
Selasa
|
17
|
|||
Rabu
|
18
|
|||
Kamis
|
19
|
|||
Jumat
|
20
|
|||
Sabtu
|
21
|
|||
Minggu
|
22
|
|||
Senin
|
23
|
|||
Selasa
|
24
|
|||
Rabu
|
25
|
|||
Kamis
|
26
|
|||
Jumat
|
27
|
|||
Sabtu
|
28
|
|||
Minggu
|
29
|
|||
Senin
|
30
|
|||
Selasa
|
1
|
Juli
|
||
Kamis
|
3
|
|||
Jumat
|
4
|
|||
Sabtu
|
5
|
|||
Minggu
|
6
|
|||
Senin
|
7
|
|||
Selasa
|
8
|
|||
Rabu
|
9
|
|||
Kamis
|
10
|
|||
Jumat
|
11
|
|||
Sabtu
|
12
|
|||
Minggu
|
13
|
|||
Senin
|
14
|
|||
Catatan:
Puisi yang dibacakan oleh Nicolas Saputra pada
salah satu soundtrack Film Gie ditulis pada catatan (Selasa, 1 April 1969).
Judul puisi itu. ‘Sebuah Tanya’
Soe Hok Gie menggabungkan tanggal dan hari
catatan hariannya (Sabtu-Minggu, 5-6 dan Sabtu-Minggu, 12-13 April 1969)
Catatan (Minggu, 11 Mei 1969). Ia menuliskan:
......Saya pulang jam 23:30. Amat mengantuk dan lelah,
dan sedikit gelisah. Di tempat tidur saya masih bolak-balik. Mungkin malam
ini adalah malam terakhir saya sebagai mahasiswa. Rasanya sayang dan sedih.
Catatan (Senin, 12 Mei 1968) ia menuliskan
pilihan hidup yang harus ditetapkan: ‘.....Di
depan saya terletak beberapa pilihan:
a. Kerja di
fakultas sambil jadi wartawan bebas
b. Pergi ke luar
negeri (Australia, Amerika Serikat)
c. Kerja di
fakultas dan mulai membuat karir lain
Ada penggabungan penulisan catatan (30-31 sampai
1-2 Mei-Juni 1969). Halaman 259 dalam buku ini
terjadi kesalahan penulisan bulan (Tertulis: Jumat 13 Agustus 1969). Ini
jelas janggal, karena halaman berikutnya masih kelanjutan catatan bulan Juni.
Jadi seharusnya Jumat 13 Juni 1969). Tetapi di kolom indeks saya tetap
menuliskan Jumat 13 Agustus 1969.
|
Tabel 7: Bagian VIII: Mencari Makna
Hari
|
Tanggal
|
Bulan
|
Tahun
|
Total
|
Selasa
|
15
|
Juli
|
1969
|
Jika digabungkan dengan catatan pada Bab VII,
maka jumlah catatan pada tahun 1969 berjumlah 183
|
Rabu
|
16
|
|||
Kamis
|
17
|
|||
Jumat
|
18
|
|||
Sabtu
|
19
|
|||
Minggu
|
20
|
|||
Senin
|
21
|
|||
Selasa
|
22
|
|||
Rabu
|
23
|
|||
Kamis
|
24
|
|||
Jumat
|
25
|
|||
Sabtu
|
26
|
|||
Minggu
|
27
|
|||
Senin
|
28
|
|||
Selasa
|
29
|
|||
Rabu
|
30
|
|||
Kamis
|
31
|
|||
Jumat
|
1
|
Agustus
|
||
Sabtu
|
2
|
|||
Minggu
|
3
|
|||
Rabu
|
6
|
|||
Kamis
|
7
|
|||
Jum’at
|
8
|
|||
Sabtu
|
9
|
|||
Minggu
|
10
|
|||
Senin
|
11
|
|||
Selasa
|
12
|
|||
Rabu
|
13
|
|||
Jumat
|
15
|
|||
Sabtu
|
16
|
|||
Minggu
|
17
|
|||
Senin
|
18
|
|||
Rabu
|
20
|
|||
Rabu
|
27
|
|||
Kamis
|
28
|
|||
Sabtu
|
6
|
September
|
||
Minggu
|
7
|
Oktober
|
||
Senin
|
8
|
|||
Sabtu
|
20
|
|||
Senin
|
22
|
|||
Kamis
|
25
|
|||
Jumat
|
26
|
|||
Sabtu
|
27
|
|||
Sabtu
|
4
|
|||
Senin
|
6
|
November
|
||
Kamis
|
9
|
|||
Jumat
|
10
|
|||
Selasa
|
14
|
|||
Jumat
|
17
|
|||
Sabtu
|
18
|
|||
Minggu
|
19
|
|||
Senin
|
20
|
|||
Selasa
|
21
|
|||
Rabu
|
22
|
|||
Kamis
|
23
|
|||
Jumat
|
24
|
|||
Sabtu
|
25
|
|||
Minggu
|
26
|
|||
Selasa
|
28
|
|||
Kamis
|
30
|
|||
Senin
|
3
|
|||
Selasa
|
4
|
|||
Rabu
|
5
|
|||
Kamis
|
6
|
|||
Sabtu
|
8
|
|||
Minggu
|
9
|
|||
Senin
|
10
|
|||
Selasa
|
11
|
|||
Rabu
|
12
|
|||
Kamis
|
13
|
|||
Jumat
|
14
|
|||
Sabtu
|
15
|
|||
Minggu
|
16
|
|||
Selasa
|
18
|
|||
Rabu
|
19
|
|||
Kamis
|
20
|
|||
Sabtu
|
22
|
|||
Minggu
|
23
|
|||
Selasa
|
25
|
|||
Rabu
|
26
|
|||
Kamis
|
27
|
|||
Jumat
|
28
|
|||
Sabtu
|
29
|
|||
Senin
|
1
|
Desember
|
||
Selasa
|
2
|
|||
Kamis
|
4
|
|||
Sabtu
|
6
|
|||
Senin
|
8
|
|||
Catatan:
Catatan Minggu, 3 Agustus 1969 menceritakan soal
polemik yang berkembang di media, khususnya serangan Mochtar Lubis di tajuk rencana Indonesia Raya (IR). Tidak jelas apa yang
diperdebatkan. Karena penjelasannya tidak lengkap. Di akhir
kalimat dalam catatan ini, Soe Hok Gie menulis:
..Saya tidak mengerti sikap non intelektual Mochthar Lubis. Padahal ia pernah dibela
Pramoedya waktu ia ditangkap tahun 1958 dahulu. (Hal. 304)
Untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, rupanya Sok
Hok Gie mengandalkan honor dari tulisan-tulisannya yang ia kirimkan ke media
. ....Saya ke Kompas untuk minta honor tetapi Kompas
kebetulan tidak punya likuiditas keuangan. (Hal. 312)
Hari-hari di awal Desember 1969, Soe Hok Gie
begitu rajin mengunjungi teman-temannya. Salah satunya terekam kuat dalam
catatan (Senin, 8 Desember 1969). Ia menuliskan:
.......dengan Josie saya ke Badil. Lalu saya ke Maria.
Ngobrol-ngobrol selama 1 jam. Ia kelihatan senang sekali dengan “suasana”
yang timbul. Apakah benar tentang analisa Gani tentang hubungan saya-Maria
setelah kita putus. Ia menahan saya waktu saya mau pergi jam 4.00. Padahal
saya tahu kalau ia harus les dengan Pak Dahlan. Saya berusaha sebiasa
mungkin. Ini adalah ngobrol-ngobrol berdua pertama setelah saya putus bulan
Agustus yang lalu. Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah
saya mendengar kematian Kiang Fong dari Arief hari minggu yang lalu. Saya
juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin
ngobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin
membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh Kiang
Fong yang begitu aneh dan begitu cepat. (Hal. 353)
|
Makassar,
Januari-Maret 20 Desember 2011
Komentar