Perayaan Sederhana (Catatan dari Bincang Lepas: Pendidikan, Sastra, dan Kita)
Ratusan peserta ujian kompetensi mahasiswa semester
akhir Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Da’wah Walirsyad (STAI DDI) Pangkep,
masih berjibaku di ruangan kala Lentera Manajemen menggelar bincang lepas untuk
merayakan edisi ketiga Majalah Sastra Lentera.
Bertempat di perpustakaan kampus, Muhammad Basir, Kabag
Tata Usaha STAI DDI Pangkep, meluangkan waktu berbincang di tengah kesibukannya
mengawas peserta ujian. Ia mengapresiasi Lentera Manajemen dalam menggalakkan
kegiatan di kampus. “Jika perlu, sekali sebulan ada bincang lepas seperti ini,
dan saya harapkan Lentera Manajemen menggelar pelatihan Pers atau penulisan.”
Ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan eksitensi STAI yang memasuki
tahun kesebelas pada tahun ini. Tak dimungkiri jika lembaga pendidikan yang
dirintis Drs H Hasbuddin Khalik ini telah memberi kontribusi signifikan di
daerah. Karena itu, Muhammad Basir sangat optimis kalau STAI akan berusia
panjang. Meski memang masih ada kekurangan yang perlu segera dibenahi. Utamanya
menyangkut penambahan jurusan baru. “Saat ini, STAI telah mengajukan penambahan
dua jurusan baru. Yakni, Perbankan Islam dan Pendidikan Madrasyah Ibtidaiyah.
Inovasi ini diharapkan sebagai jawaban atas menurunnya volume mahasiswa.”
Suasana bincang lepas. Dok. Kamar bawah: 2013 |
Pada kesempatan ini juga, jebolan Magister Agama UIN ini
menuturkan kebangaannya tentang beragamnya komunitas mahasiswa yang bersemai di
kampus. Seperti Lima Cahaya, Kelompok Kajian Mahasiswa (KKM) serta lembaga
kampus yang lain, baik intra maupun ekstra. “Geliat membentuk organisasi itu
menunjukkan adanya kesadaran mahasiswa untuk berkreasi.” Jelasnya.
Beberapa tahun terakhir ini, memang telah tumbuh
sejumlah komunitas mahasiswa. Hanya saja, pertumbuhannya tidak dibarengi dengan
adanya kegiatan. “Kuantitas lembaga mahasiswa ini sebenarnya hanya diperkuat
orang-orang yang sama, sehingga menjadi bumerang bagi mahasiswa itu sendiri.
Antara merancang kegiatan mengatasnamakan lembaga internal kampus atau lembaga
ekstra.” Tukas Pio, Alumni STAI yang juga Kepala HRD Lentera Manajemen.
Senada dengan itu, Risal Idris, ketua BEM STAI periode
2007. Melihat lemahnya kesadaran mahasiswa dalam membuat program. “Mahasiswa
lebih banyak menghabiskan energi untuk lembaga ekstra di luar kampus, di PMII
dan HMI, misalnya, di dua lembaga ekstra tersebut mahasiswa STAI sangat
menonjol kiprahnya.
Ibnu Mundzir, memberikan gambaan reflektif atas situasi
mahasiswa. “Kita harus tahu, apa yang ada dan tidak ada di kampus ini.” Ujar
ketua BEM STAI periode 2012. Bagaimana pun juga, mahasiswa masih sering
mengalami benturan kala ingin menggelar kegiatan. “Saya tidak tahu, tetapi yang
saya rasakan, seolah ada gap di antara kita. Antara senior dan junior mapun
mahasiswa dengan pihak pengelola kampus.” Kata Nur Hikma, pentolan komunitas
Lima Cahaya mengutarakan kegelisahannya.
Hingga Juni 2013 ini, memang terjadi kevakuman kegitan
mahasiswa. Sama sekali tidak ada program yang bisa melibatkan semua unsur.
Lembaga kampus yang ada sepertinya beku. Tak bergerak sama sekali meski angin
kencang menerpanya.
Di Mana Kampus STAI?
Lentera Manajemen juga mengundang Komunitas Pelajar
Lentera Pangkep (KPLP) lembaga pelajar yang terbentuk pada 2012 lalu. Ayu
Lestari, selaku ketuanya, hadir bersama Jaya. Keduanya siswa SMU Negeri 1
Pangkajene.
Kedua pelajar ini kelimpungan menemukan lokasi kampus.
Mereka sama sekali tidak tahu kalau di tengah area persawahan terdapat sekolah
tinggi. Umumnya, mereka mengenal STKIP Matappa dan Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep (Politani) saja sebagai perguruan tinggi yang ada di Pangkep.
Mendengar pengakuan dua pelajar ini, sontak meriuhkan
ruangan perpustakaan dengan tawa. Ya, kami semua benar-benar tertawa, mungkin
menertawakan diri sendiri. Sebagi pelajar, Ayu Lestari tidak menilai sebuah
perguruan tinggi dari megahnya gedung. Tapi dilihat dari status kampus itu
sendiri, apakah ia telah terakreditasi atau belum. “Kampus ini hanya memiliki
dua jurusan, semuanya telah terakreditasi.” Tukas Ahyar Manzis, menanggapi.
Ketua BEM STAI periode 2006 ini mengakui kalau geliat berkegiatan di kampus
menurun. “Bahwa apa yang diutarakan oleh Pak Basir mengenai banyaknya lembaga
mahasiswa, justru tidak produktif dalam mengenalkan STAI di luar. Buktinya,
pengakuan jujur dari Ayu dan Jaya menguatkan dugaan itu.” Lanjut alumni STAI
yang juga DE Lentera Manajemen.
***
Di luar tema kampus, M Farid W Makkulau mengutarakan
evaluasi kritis terkait majalah sastra Lentera. “Secara pribadi, saya sangat
bangga dengan usaha alumni dan mahasiswa STAI yang tergabung dalam Lentera
Manajemen ini dalam menggeliatkan gerakan literasi di Pangkep.” Tukasnya.
Namun, penulis buku Manusia Bissu ini menilai kalau kru majalah lentera sudah
harus berfikir bisnis agar kelanjutan penerbitan majalah tidak mati. Usaha
idealis yang selama ini ditunjukkan, sudah harus dibarengi dengan penguatan manajemen
marketing.
“Sejak terbit 2011, majalah sastra Lentera memang
dibagikan gratis. Awalnya memang ada usaha menjadikannya sebagai komoditas.
Tapi, ada beberapa kendala yang belum bisa dijawab oleh lentera sendiri, hal
inilah yang masih pekerjaan rumah yang harus dibersekan.” Terang Ahyar Manzis,
menanggapi penuturan Farid Makkulau.
Sukma Paramita, alumni STAI yang juga caleg Dapil 1 dari
PBB, yang menyempatkan hadir. Mengatakan kalau kehadiran majalah Lentera perlu
didukung dari segi dana. Kelak, jika ia menduduki jabatan legislator, ia akan
membantu kawan-kawan di Lentera maupun lembaga kampus.
Badauni AP, redaktur pelaksana majalah sastra Lentera.
Mengungkapkan kalau usaha menggaet sponsor dan iklan sudah dilakukan. Di edisi
kedua, sebenarnya sudah ada iklan di
sampul belakang. Akan tetapi, honornya tak seberapa. Sifatnya memang sebagai
usaha coba-coba saja. “Hal utama yang ditanyakan perusahaan ketika saya tawari
memasang iklan, ialah oplah dan sirkulasi majalah. Inilah tantangan yang perlu
dijawab.” Tukasnya.
***
Pangkep-Makassar, 4 Juni 2013
Komentar