Di Radio, Saya Melihat Agnes Monica Melantunkan Kebyar dengan Dada Membusung


Gombloh


Dalam sebuah program di televisi, dihelat pagelaran musik sebagai wujud dalam memperingati hari pahlawan. Ada banyak sekali penyanyi dari berbagai genre yang tampil. Di antaranya, Agnes Monica.

Gombloh! Saya ingin memberi tahu, kalau karyamu turut dinyanyikan di panggung yang banjir cahaya itu. Dan, disaksikan jutaan pasang mata seantero negeri. Hujan deras di Minggu kedua November 2008, memintaku untuk tidak bergeser dari layar kaca. Menuntaskan pagelaran itu sebagai pilihan terbaik di antara kepungan sinetron dan berita yang juga mirip sinetron.

“Indonesia/Merah darahku/Putih tulangku/Bersatu dalam semangatku…../”

Sangat menggelegar. Agnes Monica yang meneriakkannya, Gombloh. Penyanyi yang tidak pernah kau tatap, dan sebaliknya. Semua penonton yang ada di studio larut dan ikut bernyanyi bersama. Agnes Monica tidak memperagakan tarian modernnya, Tetapi sesekali, ia mengacungkan tinju ke udara. Dadanya membusung, mungkin ada nasionalisme yang sedang tumbuh.

Tuan Soedjarwoto Soemarsono!

Kau mangkat di usia yang masih tergolong mudah, 39 tahun. Kala itu, saya belum mendengar tembangmu secara takzim, usiaku masih 4 tahun. Mungkin enam tahun sesudahnya, secara samar, saya mendengar suaramu. “Di radio/Aku dengar/Lagu kesayanganmu…” Ini tembang pertamamu yang bisa kulafalkan secara tak sempurnah.

Suatu ketika, ada pemuda di kampungku yang mahir memainkan instrumen gitar. Saya memintanya untuk menyanyikan tembangmu. Dengan gagah ia melantukan: “Lestari alamku/Lestari desaku/Di mana Tuhanku/Menitipkan aku….” Sungguh! Tuan Soedjarwoto Soemarsono, saya terkesima. Tembang itu selanjutnya menjadi nyanyian yang saya hafal layaknya mengingat Surah Alfatiha. Dalam situasi apa pun, saya tetap bisa melafalkannya dengan baik.

Gombloh, nama itu lebih melekat dibanding nama aslimu. Seperti saya menyebut Iwan Falls untuk Virgiawan Listianto. Tetapi, saya kira itu bukan masalah. Karyamu terus hidup seiring zaman begulir, kau terus diingat sebagaimana tembang-tembangmu yang selalu menjadi nyanyian wajib di setiap perhelatan yang berbau nasionalisme. Dan, dinyanyikan oleh penyanyi dari segala aliran. Seperti malam itu, Seolah saya mendengar Agnes Monica melantunkan tembang Kebyarmu di radio.

***
Pangkep, 6 November 2012



Komentar

Meike Lusye Karolus mengatakan…
saya juga suka Gombloh..terutama lagu itu
kamar-bawah mengatakan…
Hehehehe, terima kasih sudah membaca.
Unknown mengatakan…
aku hafal bgt lagu2nya gombloh. Dulu waktu kecil bapakku sering bgt nyetel kasetnya. Gombloh emang penyanyi yg sangat unik, dan lirik2 lagunya tidak biasa.
kamar-bawah mengatakan…
Ya, Gombloh, adalah musisi yang belum terlahirkan lagi. Terima kasih, Covalimawati, sudah singgah membaca.

Postingan Populer